Mereka berdua makan, minum bersama sambil mengobrol sepanjang malam. Di saat itu, Hsu belum menangkap seekor ikan pun.
Hsu hampir putus asa, karena akan pulang dengan tangan kosong. Istrinya tak akan punya ikan untuk dimasak besok.
Ia juga tak bisa mendapat uang karena tak ada ikan yang bisa dijual di pasar.
Namun tiba-tiba, kakek itu berdiri dan berkata,
“Tunggulah di sini! Aku akan menepuk permukaan sungai dan menggiring ikan-ikan di sungai supaya datang padamu,” katanya.
Hsu menurut dan menunggu kakek itu pergi. Beberapa saat kemudian ia kembali lagi.
“Bersiap-siaplah!” katanya.
Baru saja ia berkata begitu, Hsü mendengar bunyi kecipak kecipuk di sungai.
Sekawanan ikan datang ke arahnya. Sirip mereka berkilau indah terkena sinar bulan.
Semua ikan itu besar-besar sebetis manusia. Hsu sangat senang mendapat banyak tangkapan ikan besar.
Hsiu kini bersiap pulang. Ia menawari teman barunya itu sebagian dari ikan tangkapannya. Namun, kakek itu menolaknya.
“Aku sudah terlalu sering menerima kebaikan darimu. Dan jika kau perlu bantuan, aku akan dengan senang hati akan selalu membantumu,” katanya.
Hsu menatap pemuda itu dengan heran.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR