Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, kita bisa membaca cerita misteri untuk kegiatan dongeng hari ini. Kebetulan Bobo punya cerita misteri seru berjudul Nelayan dan Sahabat Misterius.
Jangan lupa untuk membacanya atau minta orang tuamu untuk membacakannya untukmu, ya!
-----------------------------
Baca Juga: Dongeng Anak: Gubuk Tua Pak Togi #MendongenguntukCerdas
Di bagian utara daerah Tzŭ-chou, hiduplah seorang nelayan miskin bernama Hsü.
Setiap malam, ketika pergi memancing, ia selalu membawa bekal beberapa potong mantao. Mantao yang dibawanya adalah sejenis mantao yang tanpa isi.
Walau bekalnya hanya sedikit, Hsu selalu memotong sebagian mantaonya menjadi reremahan kecil. Lalu melemparnya ke dalam sungai sambil berkata,
“Peri pelindung sungai, makanlah bersamaku...”
Begitulah selalu kebiasan Hsu sehari-hari.
Nelayan-nelayan lain selalu heran karena pada saat mereka semua tidak mendapat ikan seekor pun, Hsu selalu mendapat ikan sekeranjang penuh.
Suatu malam, ketika Hsu sedang duduk minum dan makan mantao sendiri, seorang kakek tiba-tiba muncul dari sungai.
Ia naik ke darat dan duduk di dekat Hsu. Hsu menawarinya teh panas dari ketel, juga sepotong mantao.
Baca Juga: Dongeng Anak, Bona And Friends: Menunggu Hujan Reda
Mereka berdua makan, minum bersama sambil mengobrol sepanjang malam. Di saat itu, Hsu belum menangkap seekor ikan pun.
Hsu hampir putus asa, karena akan pulang dengan tangan kosong. Istrinya tak akan punya ikan untuk dimasak besok.
Ia juga tak bisa mendapat uang karena tak ada ikan yang bisa dijual di pasar.
Namun tiba-tiba, kakek itu berdiri dan berkata,
“Tunggulah di sini! Aku akan menepuk permukaan sungai dan menggiring ikan-ikan di sungai supaya datang padamu,” katanya.
Hsu menurut dan menunggu kakek itu pergi. Beberapa saat kemudian ia kembali lagi.
“Bersiap-siaplah!” katanya.
Baru saja ia berkata begitu, Hsü mendengar bunyi kecipak kecipuk di sungai.
Sekawanan ikan datang ke arahnya. Sirip mereka berkilau indah terkena sinar bulan.
Semua ikan itu besar-besar sebetis manusia. Hsu sangat senang mendapat banyak tangkapan ikan besar.
Hsiu kini bersiap pulang. Ia menawari teman barunya itu sebagian dari ikan tangkapannya. Namun, kakek itu menolaknya.
“Aku sudah terlalu sering menerima kebaikan darimu. Dan jika kau perlu bantuan, aku akan dengan senang hati akan selalu membantumu,” katanya.
Hsu menatap pemuda itu dengan heran.
“Tapi, aku belum pernah bertemu denganmu. Aku belum pernah memberimu kebaikan. Kalau kau perlu bantuanku, aku wajib membalas kebaikanmu. Tapi sayangnya, aku hanya nelayan miskin,” kata Hsu. “Siapakah namamu?” tanya Hsu lagi.
“Namaku Wang. Kau sering menolongku. Nama lengkapku Wang Liu Lang,” katanya, lalu berpamitan.
Keesokan harinya, Hsü menjual ikannya di pasar. Dari penjualan ikan, ia bisa membeli teh dari daun-daun teh terbaik.
Ia juga membeli mantao yang terbaik di pasar itu. Sebagian uangnya bisa ia berikan pada istrinya.
Pada malam harinya, seperti biasa, ia kembali ke sungai untuk memancing sambil membawa bekalnya.
Di sana, ternyata Liu Lang, teman barunya telah menunggu. Mereka menghabiskan malam bersama, persis seperti malam sebelumnya.
Pada saat Hsu tidak mendapat ikan, Liu Lang akan memukul permukaan air sungai, dan ikan-ikan pun berdatangan ke arah Hsu. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan.
Suatu malam, Hsü memancing di tepi sungai seperti biasa. Namun kali itu, Liu Lang sahabatnya tidak muncul.
Tidak seperti biasanya, kali itu suasana sungai sedang ramai karena ada Festival Musim Semi di ujung sungai.
Terdengar bunyi genderang, petasan dan teriakan seru warga desa di kejauhan.
Baca Juga: Jangan Terlewat, Ini Waktu Supermoon Tahun 2021, Ketahui Apa Itu Supermoon, yuk!
“Mungkin Liu Lang sedang mengikuti Festival Musim Semi,” pikir Hsu agak merasa kesepian.
Pada saat itu, Hsu melihat sesuatu di kejauhan. Tampaknya seperti seorang wanita menggendong seorang bayi.
Karena suasana hanya diterangi cahaya bulan, wanita itu tak sadar telah berjalan dekat sekali dengan tepi sungai. Hsu sangat cemas. Ia berteriak keras,
“Heeeei.... Hati-hatiii!”
Sayangnya, keramaian Festival Musim Semi membuat wanita itu tak mendengar suaranya. Dan tiba-tiba saja, wanita ini tersandung dan jatuh ke dalam air.
Wanita ini berusaha berenang untuk selamat. Namun, arus sungai sangat deras. Ia berusaha menyelamatkan bayinya ke tepi sungai.
Hsu berlari mendekat untuk membantu menolong. Dari kejauhan, ia melihat keanehan.
Tampak bayi itu seperti melayang dari permukaan air sungai. Lalu mendarat dengan halus dan hati-hati di tepi sungai, seperti ada yang mengangkatnya.
“Tungguuu.. aku akan menolongmu!” teriak Hsu sambil terus mengikuti si wanita yang terus terbawa air.
Baca Juga: Banyak yang Keliru, Penggunaan Baking Soda Justru Bisa Merusak 5 Hal Ini, Salah Satunya Rambut
Namun keajaiban kedua terjadi di depan Hsu. Tiba-tiba saja, tumbuh dahan di tepi sungai.
Wanita itu berhasil memegang dahan itu dan menarik dirinya keluar dari sungai.
Wanita itu beristirahat sejenak, lalu berlari mendekati bayinya. Sambil menangis, ia memeluk bayinya dan melanjutkan perjalanannya.
Hsü mematung dengan kagum. Ia belum pernah melihat keajaiban seperti itu sebelumnya.
Malam itu, Hsu tidak bertemu dengan Liu Lang. Ia mengira, mungkin Liu Lang pulang lebih cepat.
Itu sebabnya, keesokan harinya, Hsu sudah berada di tepi sungai pada sore hari. Ia sangat berharap sahabatnya itu muncul.
Syukurlah, harapan Hsu tercapai. Liu Lang muncul dari sungai dan menghampirinya di sore hari itu.
“Apakah kau ikut Festival Musim Semi, kemarin...” sapa Hsu gembira.
Liu Lang menggeleng sambil tersenyum sangat sedih. Hsu menjadi khawatir.
“Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu selama ini. Sayang sekali kita harus berpisah,” kata Liu Lang.
Hsu semakin khawatir.
“Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau terlihat sangat sedih? Kemana kau akan pergi?” tanya Hsu.
"Sebetulnya, aku tidak menyangka akan mendapatkan teman sebaik kamu. Kita telah berteman baik, tapi sekarang kita akan berpisah dan tak akan bertemu lagi. Jadi..., tidak ada salahnya kalau aku membuka rahasiaku..” kata Liu Lang.
“Aku adalah peri sungai. Tugasku adalah melindungi siapapun yang berada di sekitar sungai ini. Kadang, aku bosan dengan tugasku ini. Tapi, aku lalu mendapatkan kau sebagai teman yang tulus dan menyenangkan.
Aku telah berada di sungai ini bertahun-tahun lamanya. Sebelum ini, tak ada manusia yang pernah memberikan makanan untuk pelindung sungai. Untuk membalas kebaikanmu, aku diam-diam menggiring ikan-ikan ke arahmu sehingga hasil pancinganmu selalu banyak. Itu adalah hadiah dariku karena kebaikan hatimu.
Besok adalah hari terakhirku di sungai ini. Kemarin, akulah yang menolong wanita dan bayinya itu,” kata Liu Lang.
Betapa terkejutnya Hsu. Ia tertawa gembira sambil memeluk sahabatnya itu, “Sudah kuduga!” serunya. “Sudah kuduga. Kau pasti bukan orang biasa,” kata Hsu. “Aku sangat senang bisa mengenalmu. Kau peri pelindung sungai yang paling baik!”
Baca Juga: Contoh Cara Mengurangi Panas ke Dalam Ruangan dengan Insulasi
“Perbuatanku ternyata telah menyenangkan Dewa Langit Yang Maha Kuasa. Kini aku telah ditunjuk untuk menjadi dewa pelindung di desa Wu-chên, di distrik Chao-yüan. Pagi besok, aku harus pergi. Semoga kita bisa bertemu lagi, sahabatku. Sesekali, datanglah ke desa Wu Chen!”
Hsü menjadi lega. Ia mengisi cangkir dengan teh panas dan berkata,
“Liu Lang, minumlah ini, dan jalankan tugasmu dengan gembira. Sangat sulit berpisah denganmu. Tapi kau pantas mendapat jabatan itu!” hibur Hsu.
"Sesungguhnya," jawab Hsü, "Kau layak untuk dijadikan dewa. Jadi, bagaimana bisa kita bertemu lagi? Kau ada di dunia yang berbeda,” kata Hsu.
“Jangan takut dengan hal itu,” kata Liu-lang,“Datanglah!”
Saat itu ayam desa mulai berkokok. Dengan meneteskan airmata, kedua sahabat itu berpisah.
Suatu hari, Hsu bertekat pergi ke Wu Chen. Istrinya tertawa dan berkata,
“Andai kau akhirnya tiba di Wu chen yang jauh itu, kau juga tak mungkin bercakap dengannya! Dia dewa pelindung!”
Hsu tidak peduli. Ia tetap melakukan perjalanan panjang ke Chao Yuan. Ia bertanya pada penduduk sektiar, dan ternyata memang ada sebuah desa bernama Wu-chên. Ia segera melanjutkan perjalanan dan menginap di sebuah penginapan. Dia kemudian bertanya kepada pemilik penginapan, apakah ada kuil di desa itu.
Baca Juga: Perut Lapar dan Perut Kenyang Bisa Memengaruhi Barang yang Dibeli saat Belanja, Ini Penjelasannya
“Apakah namamu Tuan Hsu?” tanya pemilik penginapan terburu-buru.
Hsu terkejut. “Betul. Darimana kau tahu namaku Hsu?”
“Apakah kau berasal dari desa Tzŭ-chou?”
Hsü semakin heran. “darimana kau tahu asalku?”
Pemilik penginapan bergegas lari keluar dari penginapan itu. Ia lalu kembali lagi dengan membawa banyak orang. Tempat itu kini penuh sesak dengan orang tua dan muda, pria, wanita, dan anak-anak, semua datang untuk mengunjungi Hsü.
Mereka kemudian memberi tahu Hsu bahwa beberapa malam sebelumnya, mereka melihat dewa pelindung desa mereka menampakkan diri. Ia memberi tahu bahwa Tuan Hsu akan segera tiba.
“Dewa pelindung menyuruh kami menyambut anda dan memberi penginapan. Juga membiayai perjalanan pulang Anda.”
Hsü sangat tercengang. Ia langsung pergi ke kuil, dan memanggil temannya itu,
“Sejak kita berpisah, aku setiap hari dan setiap malam memikirkanmu. Aku datang memenuhi janjiku untuk datang menemuimu. Aku harus berterima kasih atas perintah yang telah kamu berikan kepada orang-orang di tempat ini. Saya tidak memiliki apa pun untukmu. Kecuali teh dari daun teh terbaik desaku. Dan beberapa mantau. Aku doakan untuk semua ini. Terimalah, dan anggaplah kita sedang minum bersama di tepi sungai.”
Dia kemudian membakar dupa. Tiba-tiba angin bertiup dan berputar-putar di belakang kuil. Semuanya lalu sunyi.
Malam itu, Hsü bermimpi bahwa temannya datang kepadanya, mengenakan topi resmi dan jubahnya bagai dewa pelindung desa. Ia sangat berbeda dalam penampilannya dari dulu.
“Terimakasih. Sungguh baik kau mengunjungi aku. Aku sangat menyesal karena dengan jabatanku ini, aku tidak bisa bertemu muka denganmu. Meskipun dekat, kita masih begitu jauh. Orang-orang di sini akan memberimu kecukupan. Dan kau akan pulang dengan perjalanan singkat.”
Beberapa hari kemudian, Hsü bersiap untuk pulang. Walaupun banyak undangan dari warga untuk tinggal dan menginap di rumah mereka. Warga memberinya berbagai macam hadiah, dan mengantarnya keluar dari desa.
Tiba tiba ada angin puyuh yang muncul dan menemaninya dalam perjalanan pulang. Hsu berbalik dan berseru,
“Liu-lang, jagalah warga desa perlindunganmu yang berharga. Jangan menyusahkan dirimu untuk melangkah lebih jauh. Hatimu yang mulia pasti akan membuat bahagia warga distrik ini. Tidak ada kesempatan bagiku untuk memberikan nasihat kepala teman lamaku.”
Tiba-tiba angin puyuh berhenti, dan para penduduk desa yang sangat tercengang, kembali ke rumah mereka.
Hsü juga tiba di desanya. Kini ia bekerja sebagai pelayan. Dan setiap kali dia bertemu dengan pria dari daerah Chao-yüan, dia akan bertanya kepadanya tentang dewa pelindung itu. Mereka selalu bercerita bahwa dewa pelindung mereka sangat dermawan.
Cerita: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Aditya Galih.
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Mengenal Ciri-Ciri Pubertas pada Laki-Laki, Mulai dari Tambah Tinggi Hingga Perubahan Suara
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR