Malam itu, Hsü bermimpi bahwa temannya datang kepadanya, mengenakan topi resmi dan jubahnya bagai dewa pelindung desa. Ia sangat berbeda dalam penampilannya dari dulu.
“Terimakasih. Sungguh baik kau mengunjungi aku. Aku sangat menyesal karena dengan jabatanku ini, aku tidak bisa bertemu muka denganmu. Meskipun dekat, kita masih begitu jauh. Orang-orang di sini akan memberimu kecukupan. Dan kau akan pulang dengan perjalanan singkat.”
Beberapa hari kemudian, Hsü bersiap untuk pulang. Walaupun banyak undangan dari warga untuk tinggal dan menginap di rumah mereka. Warga memberinya berbagai macam hadiah, dan mengantarnya keluar dari desa.
Tiba tiba ada angin puyuh yang muncul dan menemaninya dalam perjalanan pulang. Hsu berbalik dan berseru,
“Liu-lang, jagalah warga desa perlindunganmu yang berharga. Jangan menyusahkan dirimu untuk melangkah lebih jauh. Hatimu yang mulia pasti akan membuat bahagia warga distrik ini. Tidak ada kesempatan bagiku untuk memberikan nasihat kepala teman lamaku.”
Tiba-tiba angin puyuh berhenti, dan para penduduk desa yang sangat tercengang, kembali ke rumah mereka.
Hsü juga tiba di desanya. Kini ia bekerja sebagai pelayan. Dan setiap kali dia bertemu dengan pria dari daerah Chao-yüan, dia akan bertanya kepadanya tentang dewa pelindung itu. Mereka selalu bercerita bahwa dewa pelindung mereka sangat dermawan.
Cerita: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Aditya Galih.
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Mengenal Ciri-Ciri Pubertas pada Laki-Laki, Mulai dari Tambah Tinggi Hingga Perubahan Suara
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR