Besok malamnya, Owi benar-benar tak mau ikut berburu. Malam sangat sunyi. Sesekali terdengar suara serangga malam. Owi mencari serangga di semak-semak untuk mengisi perut.
“Sssiiis… siiiisss…” desis seekor ular besar. Owi terpaku melihatnya.
“Owi, cepat terbang ke sini!” terdengar suara Han. Dengan ketakutan Owi terbang ke sebuah pohon. Ia bertengger sambil menenangkan diri.
Aduh, Han, aku hamper saja celaka. Untung kamu memanggilku. Terima kasih, ya!” kata Owi. “Kamu tidak ikut ibumu berburu?”
“Tadi perutku agak sakit, tapi sekarang sudah sembuh. Kamu juga tidak berburu?” Tanya Han.
“Tidak, aku mau tidur supaya besok pagi bisa main dengan Nuri dan Kutut!” jawab Owi. “Tetapi dari tadi aku tidak bisa tidur.”
“Kita tidak mungkin bisa tidur malam, Wi! Kita, kan, burung malam. Siang hari tidur dan malam berburu. Kalau Nuri dan Kutut, siang mencari makan dan malam hari mereka tidur,” ujar Han, “Sudah ikut aku saja, yuk. Kita berlomba menangkap tikus atau katak. Setelah dapat, akan kubawa kau ke suatu tempat!”
Mereka lalu terbang dan masing-masing erhasil menangkap seekor katak. Han lalu mengajak Owi ke dalam hutan, menemui seekor burung hantu tua di hua lubang pohon.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR