Bobo.id - Tahun ini akan terjadi gerhana bulan parsial yang terpanjang pada abad ini.
Melansir dari USA Today, NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat) memprediksi gerhana bulan parsial dengan durasi 3 jam 28 menit akan berlangsung pada 18 hingga 19 November 2021.
Bahkan gerhana ini nantinya dapat disaksikan oleh masyarakat tanpa alat bantu.
Gerhana bulan parsial yang akan menyertai bulan purnama ini juga disebut dengan bulan beku.
Baca Juga: Berbeda dengan Planet Saturnus, Mengapa Planet Bumi Tidak Memiliki Cincin?
Gerhana akan menutupi 97 persen permukaan bulan, sehingga bulan akan tampak gelap.
Namun, NASA menganjurkan masyarakat tetap harus berhati-hati selama melihat pemandangan malam tersebut.
Karena gugus bintang Pleiades, yang dikenal sebagai bintang paling terang di langit, akan terlihat di Belahan Bumi Utara.
Gerhana bulan pada 19 November 2021 ini juga akan menjadi gerhana bulan terakhir pada tahun 2021.
Sekaligus menjadi gerhana terpanjang yang pernah terjadi selama 2001 dan 2100.
Bisakah Gerhana Bulan Ini Disaksikan dari Indonesia?
Plt Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Dr. Emanuel Sungging Mumpuni memberikan jawabannya.
Beliau mengatakan bahwa gerhana bulan parsial pada 19 November 2021 tidak dapat disaksikan dari Indonesia.
Alasannya karena pada saat berlangsungnya gerhana bulan tersebut, wilayah Indonesia sedang mengalami siang hari.
Baca Juga: Sering Terdengar, Apa Sebenarnya Perbedaan antara Alam Semesta, Tata Surya, dan Galaksi?
Bila pun gerhana bulan dapat terlihat, diperkirakan pada saat-saat terakhir berlangsungnya gerhana, sekitar sore hari.
Bapak Sungging mengatakan gerhana tersebut akan berlangsung sekitar pukul 14.00 hingga 17.47 Waktu Indonesia bagian Barat.
Sedangkan peluang terlihatnya gerhana di bagian Indonesia Timur, setidaknya dari sekitar saat maksimum parsial sampai berakhirnya.
Jika pada hari itu cuaca di luar tidak terlalu dingin, NASA akan melakukan siaran langsung terjadinya gerhana bulan parsial tersebut di USA Today.
Alasan Gerhana Bulan Berlangsung Lama
Bapak Sungging menyatakan gerhana bulan yang terjadi kali ini bisa berlangsung lama karena posisi bulan berada di titik terjauh dari bumi.
Posisi tersebut dinamakan Apogee, yang menyebabkan gerak benda langit menjadi lebih lambat sesuai dengan Hukum Kepler.
Fungsi Hukum Kepler pada kehidupan modern adalah untuk memperkirakan lintasan planet dan benda ruang angkasa yang mengorbit matahari.
Baca Juga: Keren! Ternyata Swafoto di Antariksa Pertama Kali Dilakukan Sejak Tahun 1960-an, Ini Kisahnya
Hukum Kepler dibedakan menjadi tiga, yaitu Hukum Kepler I, Hukum Kepler II, dan Hukum Kepler III.
Hukum Kepler I menjelaskan tentang bagaimana bentuk lintasan orbit planet-planet.
Hukum Kepler II menjelaskan tentang kecepatan orbit suatu planet.
Sedangkan, Hukum Kepler III menjelaskan tentang periode revolusi setiap planet yang mengelilingi matahari.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | USA Today,KOMPAS.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR