Tak disangka, kereta kuda itu berhenti. Lalu, keluarlah kurcaci bangsawan dari gerobak itu.
Pakaian kurcaci itu sangat mewah. Kek Rokoko tahu, itu adalah kurcaci Lebonbon yang terkenal kaya dan bijak.
“Kakek Tua, apa yang kau lakukan di tepi hutan begini? Mengapa kau sendirian?”
Kek Rokoko terharu karena bangsawan Lebonbon memerhatikannya. Ia lalu menceritakan kesedihannya.
“Mungkin sudah begini nasibku, Tuan Lebonbon. Aku sendirian di hari tuaku karena ketiga anakku tak mau menerima aku. Mereka punya rumah sendiri-sendiri, tapi tega mengirimku ke pondok pemburu di tepi hutan ini...”
Kurcaci Lebonbon mendengar cerita Kek Rokoko dengan tekun. Ia merasa iba pada orangtua itu. Ia tampak terdiam, berpikir beberapa saat.
“Kakek tua, terlalu bahaya kau tinggal sendirian di tepi hutan ini. Kembalilah ke rumahmu sendiri. Aku yakin, anak-anakmu tak akan mengirimmu ke pondok pemburu lagi. Jangan menangis dan jangan takut lagi. Aku punya rencana untukmu,” katanya.
Dengan telaten, kurcaci Lebonbon lalu menjelaskan rencananya.
“Kakek harus lakukan semua yang aku katakan tadi. Percayalah, semua akan beres,” katanya.
Kek Rokoko sangat gembira mendengar rencana bangsawan Lebonbon.
Bangsawan Lebonbon lalu mengeluarkan dompetnya yang terbuat dari tenunan benang emas indah.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR