Dengan begitu, perlawanan tidak bisa dilanjutkan yang berarti bangsa penjajah dapat mengalahkan rakyat Indonesia dengan mudah.
Kondisi seperti ini membuat penjajah dengan mudah membaca strategi perlawanan dan akhirnya bisa mengalahkan rakyat Indonesia.
Nah, jika dibandingkan dengan penjajah, strategi perang mereka sudah sangat canggih ditambah persenjataan yang lengkap.
Politik adu domba atau devide et impera adalah salah satu strategi bangsa Belanda untuk menguasai Indonesia.
Strategi yang dikenal dengan politik pecah belah ini dipopulerkan oleh Julius Caesar dalam upaya membangun Kekaisaran Romawi.
Penjajah memecah belah rakyat Indonesia agar tidak bisa bersatu. Taktik yang dilakukan adalah dengan mengadu domba penguasa dan rakyat.
Contohnya, munculnya isu separatis dan menghasut bahwa warga Palembang tidak suka dipimpin orang Jawa, Sumatra Utara, dan Sumatra Tengah.
Dampak politik adu domba di Indonesia menyebabkan timbulnya perpecahan dan rasa permusuhan antar kelompok.
Politik adu domba menyebabkan kerajaan saling berperang sehingga Belanda semakin kuat dan daerah kekuasannya tambah meluas.
Saat masa penjajahan terjadi, belum tumbuh rasa nasionalisme dan patriotisme dalam diri masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Mengapa Berbagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda Sering Mengalami Kegagalan?
Hal ini ditunjukkan dengan cara berperang yang masih berdasarkan daerah, agama, dan adat istiadat masing-masing.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR