Setelah itu, ilmuwan mencari tahu penyebab terjadinya guntur vulkanik ini.
Ternyata, mirip dengan petir yang terbentuk di awan, guntur vulkanik terjadi ketika listrik mengalir di antara partikel bermuatan positif dan negatif.
Namun, berbeda dengan petir di atmosfer, guntur dari erupsi gunung berapi terbentuk lebih dekat ke permukaan tanah.
Selain itu, guntur vulkanik tidak selalu bergerak ke bawah. Itu terlihat seperti serangkaian aliran listrik bergerigi yang tampak keluar dari kawah gunung.
Berdasarkan suaranya, gemuruh dan guntur vulkanik yang terdengar ketika erupsi sama sekali berbeda.
Gemuruh saat gunung erupsi terdengar lebih rendah dan dalam. Sedangkan suara guntur vulkanik terdengar seperti bunyi 'klil' dan letupan singkat.
Guntur terbentuk karena panas yang sangat tinggi dari petir menyebabkan udara di sekitarnya meluas dengan cepat.
Saat petir menyambar, suhu di sekitarnya dapat mencapai lebih dari 30.000 derajat Celsius. Panas ini menghangatkan udara di sekitarnya dengan sangat cepat.
Udara yang dipanaskan dengan cepat mengembang dengan cepat. Ekspansi ini menciptakan gelombang kejut yang merambat keluar dari lokasi petir.
Gelombang kejut ini merupakan gelombang tekanan yang merambat melalui udara.
Gelombang tekanan ini menciptakan suara yang kita kenal sebagai guntur. Guntur adalah suara getaran udara yang sangat cepat dan kuat.
Baca Juga: Fenomena Alam yang Indah, Ini 5 Keunikan Sungai Aare dengan Air Biru yang Mempesona
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR