Pada saat itu kebetulan ada seekor kucing berbulu putih yang melihat perbuatan curang Kudumba. Kucing itu berkata sendiri, "Miaw ...dasar manusia jahat. Dia tega mencurangi sahabatnya sendiri bahkan menuduhku mencuri rotinya. Lihat saja, akan kuberi pelajaran untukmu, Kudumba miaw! Kucing itu lalu lenyap ditelan gumpalan asap putih kebiruan.
Selama beberapa hari Arume hanya makan kerang-kerang kecil yang dipungutnya dari pantai, jumlahnya pun tak seberapa. Kian hari tubuhnya kian lemah dan pada saat dia hampir tak kuat menahan rasa lapar yang hebat, Arume berlayar menuju bagian laut yang belum pernah dilalui kapal-kapal lain. Selain bergelombang ganas, orang sering mengatakan bahwa laut bagian itu angker.
Semalaman Arume berjuang melawan ombak dan terpaan badai. Beberapa kali perahunya hampir terbalik dan dayungnya nyaris patah. Namun Arume tidak juga menyerah, "Ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan supaya aku tetap hidup. Tuhan tolong lah hamba-Mu ini supaya tidak lekas berputus asa, sepanjang malam itu Arume berdoa dalam hati.
Menjelang pagi, barulah dia , berhasil menjaring dua ekor ikan yang besar-besar. Dia pulang dengan hati gembira. Lenyap sudah rasa takut yang dirasakan semalam karena memperoleh makanan untuk mengganjal perutnya. Tak lupa diberinya Kudumba seekor ikan hasil tangkapannya.
Tentu saja Kudumba sangat senang memperoleh ikan yang begitu besar dan masih segar, apalagi rotinya juga sudah habis. Setelah Arume pulang ikan itu langsung digorengnya lalu diangin-anginkan supaya lekas dingin.
Tanpa disadari Kudumba, kucing yang dulu pernah mendengar percakapan antara Arume dan Kudumba sudah mengincar ikan itu sejak tadi. Begitu dirasanya Kudumba lengah, hup! Disambarnya ikan itu dengan moncongnya lain dibawa kabur.
Wah, wah! Karuan saja Kudumba jadi blingsatan. Dikejamya kucing itu. Ternyata kucing putih itu lebih cerdik. Dengan gesit dia menghindari kejaran Kudumba dan di tempat persembunyiannya dihabiskannya ikan goreng milik Kudumba.
Lelah mengejar namun tak juga kucing itu ditemukan, Kudumba lalu menuju ke rumah Arume dengan langkah gontai, "Barangkali Arume masih menyisakan ikannya," pikir Kudumba penuh harap.
Tapi ....
"Tadi memang masih ada separuh ..." jawab Arume setibanya Kudumba di sana, "sayangnya sudah kuberikan pada kucing itu." Arume menunjuk kucing berbulu putih yang sedang melahap buntut ikan dengan rakusnya.
Kudumba langsung mengenali bahwa kucing itu adalah kucing yang mencuri ikannya. Terdorong oleh rasa lapar, darah Kudumba cepat mendidih. Dia merasa kucing itu telah mempermainkannya.
Baca Juga: Dongeng Anak: Sepatu Kanan yang Hilang
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR