Aneh. Setelah berkata, dari arah Arume membuang mayat kucing itu tiba-tiba berloncatan ikan-ikan segar memasuki perahunya. Arume terkejut campur senang karena dia tidak perlu susah-susah menjaring, ikan sudah datang sendiri.
Kudumba yang melihat hal itu langsung mendayung perahunya ke tempat Arume, "Minggir! Giliran perahuku kini yang harus diisi."
Arume pun menyingkir, lagi pula dia sudah merasa cukup banyak ikan di perahunya.
Sebentar saja perahu Kudumba sudah penuh ikan. Ketika dirasanya ikan yang ada dalam perahunya sudah lebih banyak daripada milik Arume, ia mendayung perahunya menjauh dari 'pancuran' ikan tersebut.
Namun perahunya tidak dapat bergerak dan ikan-ikan itu terus saja memenuhi perahunya sehingga perahunya makin berat.
"Buanglah sebagian ikan kembali ke laut, Kudumba," saran Arume, "perahumu nanti bisa tenggelam." Dia ngeri melihat perahu sahabatnya itu sudah separuh tenggelam. Air laut pun sebagian sudah masuk perahu.
Kudumba tidak menggubris ucapan Arume, "Bodoh kamu Arume! Semakin banyak ikan di perahuku berarti makin banyak uang yang kuperoleh," serunya serakah.
Berulang kali Arume memperingatkan namun sia-sia saja. Perahu Kudumba semakin tenggelam, pancuran ikan itu pun langsung berhenti bersamaan dengan lenyapnya tubuh Kudumba ditelan gelombang laut.
Ketika Kudumba tidak muncul lagi ke permukaan, Arume langsung menangis. Dia menyayangi sahabatnya itu, tapi gelombang laut begitu ganas sehingga tidak mungkin dia berenang mencari Kudumba.
Maka pulang lah Arume dengan membawa setumpuk ikan yang nantinya akan dibagikan pada tetangganaya yang juga kelaparan.
Baca Juga: Dongeng Anak: Bintang Langit dan Raksasa Merah
----
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR