“Kita enggak bisa tinggal diam! Kita harus segera menyelidiki siapa yang menculik Melody!” seru Kiria berapi-api.
“Oke, pulang sekolah, kita mampir ke rumah Melody. Aku udah SMS Taras barusan. Dia akan nyusul ke sekolah kita pulang sekolah nanti,” sahut Luna cepat.
“Huuuaa… Tapi itu kan baru pulang sekolah nanti. Sekarang masih istirahat pertama,” Ota menopang dagunya dengan tampang malas.
Rasanya setengah mati Geng LOTRIA menantikan bel pulang berdering. mereka sudah tak sabar untuk kembali membongkar misteri yang ada di hadapan mereka ini.
Geng LOTRIA tiba di rumah Melody saat pintu rumah tengah terbuka lebar. Beberapa orang polisi mondar-mandir keluar-masuk rumah. Sekali melihat pun Geng LOTRIA langsung tahu. Mereka sama sekali belum menemukan titik terang dari pelacakan keberadaan Melody.
“Ayo! Kita masuk,” ajak Kiria tak sabar.
Geng LOTRIA melangkah masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, mama Melody sedang menangis sedih. Dia menatapi sehelai kertas gambar di hadapannya.
“Ini enggak mungkin salah, Pak! Ini memang gambar anak saya!” serunya di sela-sela isakan tangis.
“Ada apa Tante?” Luna akhirnya memberanikan diri bertanya.
Mama Melody menatap Geng LOTRIA dengan agak heran. Ota cepat-cepat nyengir lebar sambil berkata, “Kami teman sekolah Melody, Tante. Kami dengar Melody diculik. Dan kami ingin mengecek kebenaran berita itu.”
Mama Melody tampak semakin sedih. “Berita itu benar. Semalam Melody pamit untuk pergi membeli krayon. Tapi dia enggak pulang sampai larut malam. Tante cemas sekali. Baru saja Tante mau menelepon polisi, telepon rumah berdering. Tante angkat. Tante pikir Melody. Tante sudah mau mengomel. Tapi ternyata... ternyata… ternyata yang menelepon adalah seorang laki-laki! Dia mengaku telah menculik Melody!” tangisan mama Melody pecah lagi.
Geng LOTRIA menatapnya iba. Luna langsung duduk di samping mama Melody dan mengusap bahunya.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR