Di Maluku Utara, tepatnya Ternate, ada sebuah kerajaan Islam yang menyimpan sejarah panjang dari kejayaan berkat penjualan rempah-rempah di masa lalu. Kekuasaan Kesultanan Ternate cukup luas, bahkan mencapai daerah Filipina.
Memeluk Islam sejak abad ke-15
Pada mulanya, sebelum menjadi Kesultanan Ternate, kerajaan ini bernama Gapi. Kerajaan Gapi berdiri tahun 1257, diprakarsai oleh Baab Mashur Malamo. Kemudian, keluarga kerajaan beralih memeluk agama Islam pada abad ke-15 sehingga kerajaan ini pun berubah menjadi sebuah kesultanan, sebab seluruh aturan dalam kerajaan disesuaikan kembali menurut syariat Islam.
Selain Kesultanan Ternate, juga ada 3 kerajaan Islam lainnya di Maluku. Dan ternyata, Kesultanan Ternate ini termasuk salah satu kerajaan islam tertua di Indonesia, lo!
Mengganti sebutan bagi Sang Raja
Dulunya, seorang raja di Ternate disebut sebagai ‘kolano’, namun ketika keluarga kerajaan sudah mengganti aturan menurut syariat Islam, raja-raja di sini mulai diberi gelar Sultan.
Lambang Kesultanan Ternate
Ada yang unik dari lambang kerajaan/kesultanan Ternate. Para Perempuan dilambangkan sebagai seekor burung elang darat atau wuru dalam bahasa setempat. Sedangkan laki-laki dilambangkan sebagai burung elang laut atau goheba. Kedua burung ini digunakan sebagai lambang kerajaan sebagai satu kesatuan.
Perdagangan rempah
Kesultanan Ternate termasuk sebuah kerajaan yang memegang peranan kuat dalam jalur perdagangan rempah sekitar abad 13 hingga 17. Selain dalam bidang perdagangan, Kesultanan Ternate juga memiliki armada militer yang kuat dan berpengaruh. Dinding-dinding kerajaan dibatasi tembok-tembok tinggi yang menyerupai benteng.
Wilayah-wilayah sekitar pun berhasil mereka taklukkan, di antaranya adalah Sulawesi, sebagian dari kepulauan Filipina, dan sebagainya.
Sama kuatnya dengan Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh dan Demak
Setelah kejatuhan Malaka pada tahun 1511, Kesultanan Ternate bergabung dengan Aceh dan Demak untuk melawan Portugal.
Pengaruhnya masih bertahan hingga kini
Hingga kini Kesultanan Ternate ternyata masih sangat berpengaruh dalam segala bidang, terutama di wilayah bagian Timur Indonesia. Pengaruh itu meliputi bidang agama, bahasa, serta adat istiadat.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR