Hujan turun tanpa henti sejak pagi. Semua hewan di hutan berdiam diri di dalam rumah masing-masing. Ada yang memilih tidur, ada yang membaca buku, dan ada juga yang mengobrol.
Tuan Lanlan hanya diam di dekat jendela. Ia memandang hujan yang makin lama makin deras.
“Bagaimana ini? Bagaimana kalau pohonnya rubuh?” katanya panik.
Tuan Lanlan memutuskan untuk menuju rumah Bura, si beruang. Ia ingin berlindung di tempat yang aman.
Bura terkejut melihat Tuan Lanlan yang basah kuyup ketika membuka pintu.
“Ya ampun Tuan Lanlan, kenapa hujan-hujanan?” tanya Bura.
“Aku mau berlindung, aku takut nanti badai, pohon runtuh, lalu menimpa rumahku,” jawab Tuan Lanlan.
Baru saja Tuan Lanlan masuk ke rumah Bura, tiba-tiba hujan berhenti.
“Nah, hujannya sudah reda. Tuan Lanlan tidak perlu khawatir. Nih, sudah aku buatkan teh manis hangat,” ujar Bura.
Tuan Lanlan hanya menatap teh di depannya.
“Ada apa Tuan Lanlan? Teh itu baik untuk kesehatan, lo,” kata Bura.
“Oh iya iya. Aku takut salah minum,” kata Tuan Lanlan.
“Haaah….! Masak iya aku mau buat Tuan Lanlan sakit,” kata Bura.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR