“Biarlah saya yang menjelaskan, Marley, adikku,” kata Pangeran Alphege. Suaranya sangat berwibawa bagai seorang raja. Raja Marley dan pengawalnya terpukau menatap Pangeran Alphege.
Pada akhirnya, Raja Marley tersentak dan mengenali kakaknya yang hilang beberapa tahun lalu. Ia berseru gembira,
“Kakakku! Syukurlah kau telah kembali dengan selamat! Takhta kerajaan kini menjadi milik Kakak lagi,” kata Raja Marley, lalu dengan hormat mencium tangan Pangeran Alphege. Namun Pangeran Alphege malah memeluk adiknya itu erat-erat.
Kedua saudara itu lalu kembali ke istana. Di hadapan seluruh penasihat kerajaan, Pangeran Alphege lalu memperlihatkan kalung rubi pemberian Ratu Milaya di masa kecilnya dulu. Seluruh penasihat kini tidak ragu kalau ia memang Pangeran Alphege. Ia lalu menerima kembali mahkota dari tangan adiknya.
Ketika mahkota itu diletakkan di atas kepala Pangeran Alphege, terdengarlah teriakan yang nyaring. Ternyata itu suara Ratu Fay yang lenyap menjadi asap.
Beberapa waktu kemudian, Raja Alphege menikah dengan Zayda. Mereka sangat gembira karena Bibi Edita dan Ratu Meliya hadir dalam pesta pernikahan mereka.
“Aku telah melenyapkan Fay dan Peri Gunung sahabatnya! Mereka tidak akan mengganggu kalian lagi,” kata Ratu Meliya.
Raja Alphege yang baik hati lalu memberikan sebagian wilayah kerajaannya untuk Marley, adiknya. Mereka semua hidup damai sampai tua, dan dicintai seluruh rakyat kerajaan.
TAMAT
Teks: Adaptasi dongeng Inggris / Dok. Majalah Bobo
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR