Keesokan harinya Pak Kandar kembali bekerja di kebun karet Pak Kalio. Tak sengaja ia melihat Pak Kalio sedang duduk dan menghitung-hitung uang. Tak lama kemudian ….
“Woi woi semua pekerja. Berkumpul jadi satu… Sini semuanya!” kata Pak Kalio.
Biasanya kalau sudah seperti ini artinya ada hal penting yang akan disampaikan Pak Kalio. Apakah itu? Biasanya ia akan marah-marah.
“Haaah! Pendapatan kita banyak berkurang. Ini pasti karena kalian tidak beres bekerjanya. Kalian hanya ngobrol,” kata Pak Kalio dengan keras.
Semua pekerja hanya tertunduk.
“Untuk itu, upah kalian saya kurangi agar pendapatan kebun karet ini tidak menurun,” kata Pak Kalio.
Semua pekerja langsung ribut.
“Pak, kami bekerja dengan baik. Mungkin pembeliannya yang berkurang,” kata salah seorang pekerja.
“Iya Pak, kenapa upah kami yang berkurang,” jawab pekerja lainnya.
Pak Kalio semakin marah,”Eh! Di sini bosnya itu saya. Berani-beraninya kalian menolak keputusan saya,” kata Pak Kalio.
Seorang anak buah Pak Kalio, bernama Ranggi, membisikkan sesuatu kepada Pak Kalio. Ntah apa. Ranggi memang anak buah yang paling setia pada Pak Kalio. Sifatnya sama-sama jahat.
“Hmmm… saya baru dapat kabar, katanya di dekat sini ada yang punya kebun karet juga seperti saya ya? Beberapa pelanggan berpindah ke sana untuk membeli karet. Kalian tahu kenapa? Ini salah kalian!” kata Pak Kalio.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR