“Selidiki siapa orang itu. Berani-beraninya mengganggu usaha saya!” kata Pak Kalio pada anak buahnya yang langsung berlari menjalankan perintah.
Sebenarnya, semua pekerja tahu kalau beberapa pelanggan memilih berpindah ke kebun sebelah karena pemiliknya yang baik dan tidak suka curang. Pak Kalio suka curang, ia suka mengurangi berat karet yang dikirimkan. Misalkan pembeli membayar untuk 1 ton, ia akan mengurangi sekitar 10kg karet. Hal tersebut jelas merugikan pembeli.
Namun, tidak ada yang berani mengatakan hal itu pada Pak Kalio karena Pak Kalio sangat galak dan merasa paling benar.
Sejak peristiwa pengurangan upah kerja itu, satu per satu pekerja di kebun karet Pak Kalio memilih untuk berhenti bekerja. Mereka mencoba meminta pekerjaan di kebun karet milik Pak Rida.
“Sebenarnya, pekerja di sini sudah cukup karena kebunnya juga tidak luas,” kata Pak Rida dengan lembut.
Para pekerja pun tertunduk lesu.
“Hmmm… namun kalau kalian mau ditempatkan di bagian pengolahan, saya bisa terima,” kata Pak Rida.
“Bagian pengolahan itu seperti apa Pak?” tanya pekerja.
“Mengolah karet mentah sampai jadi benda siap pakai. Ini baru kecil-kecilan sih, tapi bisa dicoba dan dipelajari,” kata Pak Rida.
Para pekerja pun setuju.
Pak Rida dengan sabar mengajarkan mereka satu per satu sampai bisa mengolah karet mentah jadi produk siap pakai.
“Beda sekali, ya, sikap Pak Rida dengan Pak Kalio,” kata seorang pekerja.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR