Idul Fitri kali ini terasa berbeda untuk Rado. Ada sesuatu yang sangat ia rindukan dan tunggu-tunggu setiap Idul Fitri. Rado rindu cerita Kakek.
Biasanya setiap Rado datang ke rumah Kakek selalu ada cerita baru. Mulai dari pengalaman sekolah hingga masa-masa mempertahankan kemerdekaan.
Saat itu bapak dari kakek ikut berperang. Kakek juga suka bercerita tentang asal-usul makanan, tarian, hingga apa saja yang Rado ingin dengar.
Tak lupa, mereka selalu bercerita ditemani dengan martabak manis kesukaan kakek.
Cerita-cerita Kakek selalu Rado ingat. Ia akan bersemangat untuk masuk sekolah kembali selepas libur Lebaran untuk berbagi cerita dari Kakek kepada teman-temannya.
Namun, semua tidak lagi sama.
(BACA JUGA:Ketika Bang Kimin Bercerita)
“Do, kenapa bengong?” tanya Bapak.
“Ah, tidak apa-apa Pak. Ada yang bisa Rado bantu bawakan?”
Bapak menggeleng sambil merangkul Rado dan menuntunnya menuju kamar Kakek.
Rado saat itu ingin menangis. Ia melihat Kakek terbaring lemas karena sakit yang semakin parah. Biasanya kakek selalu bercerita, tetapi kini sudah tidak lagi sanggup banyak bicara.
Kakek berusaha tersenyum pada Rado. Hal itu pun membuat Rado semakin sedih melihat kondisi Kakek. Namun, ia mencoba untuk tersenyum kembali pada Kakek.
“Saatnya kamu yang gantian bercerita untuk Kakek, Do,” bisik Bapak.
“Ah?” Rado kaget mendengar ucapan itu.
“Bapak tahu, kamu pasti menunggu-nunggu saat Kakek bercerita kan? Nah, kali ini kakek tidak bisa. Artinya, gantian kamu yang bercerita untuk Kakek,” kata Bapak.
BACA JUGA:Semangkuk Tekwan di Tengah Hujan untuk Laras dan Bapak
“Bisakah aku Pak? Aku tak punya cerita,” kata Rado.
“Ingat kata Kakek?” tanya Bapak memancing.
“Semua orang punya ceritanya masing-masing,” jawab Rado pelan.
Ia pun mengangguk pada Bapak. Saatnya Rado yang bercerita untuk Kakek. Daripada menatap Kakek dengan kesedihan, lebih baik menghiburnya dengan cerita.
Rado pun berlari keluar kamar. Bapak bingung melihat anaknya pergi bukannya bercerita. Ia mengikuti Rado.
“Do, kok pergi?”
“Radom mau siapkan martabak manis dulu, Pak. Kan kalau Kakek bercerita, selalu ada martabak manis yang menemani. Makanan kesukaan kakek,” kata Rado yakin.
“Tapi Kakek tak bisa makan martabak manis sekarang ini, Do,” kata Bapak.
“Tidak apa-apa, Pak. Rado yang akan makan. Kakek pernah bilang kalau Kakek suka melihat Rado makan martabak. Katanya cara makan Rado lucu karena martabaknya malah dipisahkan sebelum dimakan,” kata Rado yakin.
Bapak pun tersenyum terharu.
BACA JUGA:Malam Itu, Aku Berjanji Tetap Baik
Rado kembali ke kamar Kakek dengan sepotong martabak manis. Ia duduk di samping tempat tidur Kakek.
Kakek tersenyum pada Rado. Senyum itu pun dibalas oleh Rado.
“Kek, Rado punya cerita tentang cita-cita seorang anak bernama Rado yang ingin pergi ke ruang angkasa menjadi astronaut,” kata Rado.
Cerita berlanjut. Rado bercerita tentang planet-planet yang ada di ruang angkasa.
Walaupun hanya dibalas senyuman, Rado yakin Kakek suka mendengar ceritanya. Tak lupa, ia makan martabak manis karena kakek senang melihat caranya makan yang lucu.
Bapak tersenyum mengamati keduanya dari sisi pintu yang sedikit terbuka.
Lihat juga video ini, yuk!
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR