Bobo.id - Gunung Anak Krakatau yang ada di Selat Sunda kembali aktif dan terus mengeluarkan lava pijar, nih, teman-teman.
Gunung Anak Karakatau juga menunjukkan aktivitas kegempaan sebanyak 156 kali sejak 2 Oktober hingga 3 Oktober.
Lontaran material dari Anak Krakatau ini jatuh di sekitar pantai dan membuat radius bahaya Gunung Anak Krakatau berada di batas 2 kilometer dari kawah.
Namun ternyata menurut Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang bersumber dari Kompas.com, aktivitas Gunung Anak Krakatau ini bukan sesuatu yang perlu ditakuti secara berlebihan, lo.
Baca Juga : Apakah Mata yang Berubah Menjadi Merah Berbahaya? Ayo Cari Tahu!
Teman-teman yang ingin melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau tetap bisa, kok, asalkan dari jarak minimal 2 kilometer dan tidak mendarat.
Pak Kasbani juga menyebutkan kalau erupsi yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau adalah fase pembangunan atau pertumbuhan gunung, lo.
Ahli geologi, Surono, atau yang akrab disama Mbah Rono juga menyetujui pernyataan yang dikeluarkan oleh pak Kasbani, nih.
Mbah Rono menyebutkan kalau Gunung Anak Krakatau adalah gunung api muda yang memang sudah seharusnya terus erupsi.
Gunung Anak Krakatau disamakan seperti anak manusia yang masih dalam masa pertumbuhan yang harus banyak bergerak dan aktif.
Karena gunung api bertumbuh dengan cara meletus dan erupsi, nih. Jadi, erupsi yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau adalah hal yang wajar.
Mbah Rono juga menambahkan kalau aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini justru harus dinikmati untuk berwisata, lo.
Baca Juga : Ternyata Air Hujan Punya 5 Manfaat Ini, lo! Sudah Tahu Belum?
Karena jika teman-teman melihat Gunung Anak Krakatau pada malam hari di Lampung atau Banten menggunakan kapal, maka lava pijar yang keluar akan terlihat jelas.
Erupsi Gunung Anak Krakatau ini merupakan sesuatu yang unik dan jarang atau bahkan tidak mungkin terjadi di manapun.
Mbah Rono juga mengajak kita untuk mencintai gunung berapi dan menikmati keindahannya, nih, karena Indonesia memiliki gunung api yang paling banyak.
Asalkan kita selalu mengikuti aturan yang sudah diberikan oleh pihak terkait, tidak akan berbahaya, kok, teman-teman.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR