Dongeng Anak: Apel Tertawa dan Apel Menangis

By Sepdian Anindyajati, Sabtu, 19 Januari 2019 | 17:00 WIB
Ilustrasi apel. (Pixabay)

"Nek, bolehkan saya bermalam di rumah Nenek semalam ini saja? Hari mulai gelap, dan saya tidak tahu harus menginap dimana.”

"Aku hanya memiliki pondok kecil. Saking kecilnya, kalau aku berbaring, kakiku berada di luar pondok. Dimana aku harus meletakkanmu di pondokku itu?” ujar si nenek ketus.

Pangeran Bahrom mengeluarkan segenggam koin emas dan meminta tolong nenek itu mencarikan tempat untuknya. Begitu melihat emas, berkatalah nenek itu,

"Ayolah, anakku, aku punya rumah besar! Kau bisa menginap di tempatku!”

Mereka lalu pulang bersama. Ketika duduk di meja makan, Pangeran Bahrom bertanya, "Katakan padaku, Nek, di mana aku bisa menemukan Apel Tertawa dan Apel Menangis?”

Nenek itu langsung memukulnya, "Diam! Nama itu dilarang disebut!"

Baca Juga : Dongeng Anak: Peri Gagak (Bagian 1)

Pangeran Bahrom kembali mengeluarkan segenggam koin emas. Mata nenek itu seketika bersinar dan berkata gembira,

"Bangunlah pagi-pagi sekali, dan seberangi gunung di depan rumahku. Di sana kau akan bertemu gembala yang bekerja di istana, tempat Apel Tertawa dan Apel Menangis disimpan. Kalau kau bisa membujuk si gembala, kau bisa masuk ke sana. Tetapi berhati-hatilah! Setelah kau mendapat apel itu, segeralah kembali padaku."

Maka pagi berikutnya, Pangeran Bahrom pergi melintasi gunung. Di sana, ia bertemu dengan seorang gembala yang sedang menggembalakan domba-domba istana. Pangeran Bahrom menyapanya dan bertanya tentang Apel Tertawa dan Apel Menangis. Si gembala segera memukulnya dengan kasar sehingga Pangeran Bahrom hampir terjatuh.

"Jangan sebut nama itu di sini!” serunya marah.

Pangeran Bahrom memohon dengan sungguh-sungguh, dan memberi gembala itu segenggam koin emas. Gembala itu menjadi lebih tenang. Ia berkata,

“Aku punya sehelai kulit domba utuh. Pakailah kulit domba itu dan merangkaklah di antara domba-domba istana. Nanti sore, aku akan mengantar domba ke istana. Kau bisa ikut menyusup ke dalam. Pada malam hari, saat semua orang tertidur, pergilah ke lantai pertama. Lihatlah ke kamar di sebelah kanan.

Baca Juga : Dongeng Anak: Peri Gagak (Bagian 2)