Sang sultan akhirnya menyerah, karena merasa tak ada kesempatan untuk menangkap si pencuri. Ia memerintahkan agar gerbang kota dibuka lagi. Mendengar pengumuman itu, Pangeran Bahrom memberikan si nenek beberapa koin emas lagi. Ia lalu melanjutkan perjalanan pulang ke istana ayahandanya.
Di tengah jalan, Pangeran Bahrom bertemu dengan seorang nenek penjual kalung manik-manik.
“Tolong beli kalung manik-manikku, Tuan. Sudah beberapa hari tidak ada orang yang beli pekerjaan tanganku ini,” kata nenek itu.
Pangeran Bahrom melihat kalung-kalung dengan manik-manik indah. Ia heran karena tak ada orang yang membelinya.
“Ini koin emas untukmu, Nek. Tolong pilihkan kalung manik-manik yang terindah untukku,” kata Pangeran Bahrom sambil memberikan segenggam koin emas.
Baca Juga : Dongeng Anak: Petualangan Mogi Si Tikus Tanah
Nenek itu tampak gembira. Dari keranjangnya, ia mengambil sebuah kotak indah dan membukanya. Di dalamnya, ada seuntai kalung manik-manik kecil yang panjang dan sangat indah.
“Ini kalung manik-manik istimewa. Ceritakanlah isi hatimu pada kalung ini. Lalu kirimkanlah pada seorang gadis yang kau cintai. Maka, ketika gadis itu mengusap kalung ini, manik-manik ini akan menceritakan kembali ceritamu itu,” kata si nenek.
Pangeran Bahrom menerima kalung itu dengan wajah masih bingung. Ia ingin bertanya lagi, namun nenek itu sudah menghilang. Pangeran Bahrom kembali melanjutkan perjalanannya.
Ketika ia tiba di istana ayahnya, sang sultan sangat gembira. Ia memeluk putra tunggalnya dan menangis gembira.
Setelah mendapatkan Apel Tertawa dan Apel Menangis, Pangeran Bahrom mengira hatinya akan gembira. Namun, ternyata ia tetap merasa sedih. Ternyata, diam-diam ia teringat pada Putri Daria yang cantik. Pangeran Bahrom merasa bersalah juga telah mencuri kedua apel itu. Di saat itu, Pangeran Bahrom teringat pada kalung manik-manik yang dibelinya.
Baca Juga : Dongeng Anak: Legenda Dua Kanguru