Yak, Sapi Jantan dari Tibet. Kalau Betina Disebut Nak

By Petronela Putri, Sabtu, 15 April 2017 | 13:14 WIB
Foto: pinterest.com
Foto: pinterest.com (Petronela Putri)

Sapi tidak hanya ada di Indonesia. Di Tibet, ada jenis sapi hitam berbulu lebat yang biasa digunakan untuk mengangkut barang atau wisatawan. Selain itu, bagian-bagian tubuh yak juga sering dimanfaatkan untuk banyak hal.

Sapi berwarna gelap

Yak (Bos grunniens) adalah nama panggilan untuk sapi jantan yang banyak terdapat di Tibet dan Pegunungan Himalaya. Untuk sapi betina biasanya disebut nak. Umumnya yak berwarna gelap dan merupakan sapi liar. Tetapi ada juga yak yang diternakkan oleh manusia dan berwarna lebih cerah. Tubuh hewan ini ditutupi bulu lebat yang sekaligus menjadi pelindung dari cuaca dingin.

Tubuh yak termasuk besar, dan mencapai hampir 2 meter. Beratnya pun sekitar 400 hingga 500 kilogram. Ciri khas dari yak adalah kepalanya yang sering menunduk ke bawah.

Makanan yak

Yak mengonsumsi rumput dan aneka tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar daerah pegunungan.

Mampu bertahan dalam segala situasi

Yak termasuk hewan yang memiliki ketahanan tubuh baik. Mereka dapat melewati batu-batuan terjal, menembus lereng es, melintasi sungai deras, bahkan menjaga diri mereka sendiri terhadap serangan dari luar.

Yak untuk mengangkut wisatawan

Yak yang dimanfaatkan masyarakat Tibet untuk mengangkut wisatawan adalah yak yang diternakkan dan lebih jinak daripada yak liar. Yak ini bisa mengangkut barang berat dan membawanya ke tempat-tempat yang jauh. Selain mengangkut wisatawan, hewan ini juga bisa mengangkut surat.

Manfaat lain

Selain itu, yak biasa dimanfaatkan dagingnya. Sedangkan nak sering diambil susunya. Daging yak banyak dipanggang untuk dijadikan makanan oleh orang Tibet, sehingga populasi yak semakin berkurang. Kini populasi yak menjadi sedikit dan terancam punah.

Bulu yak juga biasanya dimanfaatkan untuk membuat kain hingga cambuk dan sepatu. Hampir seluruh bagian dari tubuh yak bisa dimanfaatkan manusia.