Tiba-tiba, gembala yang pernah menipu Foma dulu, lewat di situ membawa ternaknya. Ia bingung darimana asal suara menyedihkan itu.
“Aku Foma! Aku di dalam karung…” tangis Foma.
“Kenapa kamu bisa ada di dalam karung dan menangis?” tanya gembala itu.
"Tentu saja aku menangis." Tangis Foma. “Warga desa ingin membuat saya menjadi hakim, tapi saya tidak ingin menjadi hakim. Jadi mereka memasukkan saya ke dalam karung ini, supaya saya tidak pergi sementara mereka rapat."
Dari jauh, gembala ini melihat kerumunan orang desa, hakim dan pengawalnya. Ia mulai percaya cerita Foma.
"Betapa bodohnya dirimu," kata gembala yang tercengang, "Aku mau menjadi hakim!"
"Kalau begitu, ayolah masuk ke dalam karung ini dan gantikan aku!"
Sebelum hakim dan pengawalnya kembali, Foma memasukkan gembala itu terikat di dalam karung dan Foma bersembunyi di semak-semak.
Orang-orang itu melemparkan karung itu ke sungai. Gembala penipu itu pun hanyut. Ketika semua orang pergi, Foma menggiring hewan-hewan ternak milik gembala itu dari semak-semak dan membawanya pulang ke desa.
Hakim yang tercengang itu tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR