Bobo.id - Yeay, beberapa jam lagi sudah Lebaran. Apakah teman-teman sudah menyiapkan hidangan Lebaran?
Lebaran menjadi momen yang paling ditunggu oleh umat Islam seluruh dunia setelah sebulan berpuasa.
Di momen Lebaran ini, biasanya kita akan berkumpul dan bersilaturahmi bersama keluarga besar.
Suasana kumpul di Hari Raya Iduflitri tak lengkap kalau tidak ada makanan sebagai pendamping. Hihi.
Saat Lebaran, ada satu menu yang tak pernah absen di rumah-rumah. Yap, opor ayam dan ketupatnya.
Kira-kira sejak kapan opor ayam jadi makanan khas Lebaran di Indonesia, ya? Cari tahu bersama, yuk!
Awal Opor Masuk Nusantara
Bersumber dari Kompas.com, opor sebenarnya merupakan perpaduan dari dua masakan asing, lo.
Yap, opor ayam adalah perpaduan dari makanan gulai asal Arab dan juga makanan kari khas India.
Opor juga sering disebut hasil akulturasi atau penyatuan budaya Indonesia dengan budaya asing.
Sekitar abad ke-15 sebelum Masehi, pedagang Arab dan India membawa opor ke wilayah Nusantara.
Baca Juga: 8 Makanan Khas Lebaran di Berbagai Negara di Dunia, Pernah Coba?
Kala itu, mereka membawanya ke kawasan pesisir Indonesia, yakni wilayah Sumatra, Jawa, dan Selat Malaka.
Inilah yang membuat hingga kini opor mudah ditemukan di wilayah Sumatra dan Jawa, teman-teman.
Opor Ayam Jadi Makanan Khas Hari Raya
Ketika Hari Raya Idulfitri tiba, menu makanan yang pasti ada di meja makan adalah menu opor ayam.
Yap, opor ayam sudah jadi tradisi Lebaran sejak lama, tetapi tak ada catatan sejarah yang pasti, lo.
Diperkirakan, tradisi ini sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, sekitar abad ke-10.
Pada masa itu, opor ayam jadi hidangan istimewa yang disajikan untuk para raja dan juga bangsawan.
Menu opor ayam itu hanya dihidangkan pada acara-acara khusus, termasuk dihidangkan di hari raya.
Kalau teman-teman perhatikan dan rasakan, dalam opor ayam terkandung santan sebagai bahan utamanya.
Dalam bahasa Jawa, santan disebut dengan santen yang bermakna 'pangapunten' atau mohon maaf.
Opor ayam biasa dihidangkan bersama dengan ketupat. Ternyata perpaduan ini ada asal-usulnya, lo.
Baca Juga: Persiapan Lebaran, Ini TIps Mudah Bersihkan Oven dengan Alat Sederhana
Sajian Opor dan Ketupat saat Lebaran
Kalau ada opor ayam di meja, tak ketinggalan, pasti juga ada ketupat. Yap, keduanya tak bisa dipisahkan.
Pada abad ke-15, Sunan Kalijaga pertama kali memperkenalkan ketupat Lebaran di Kab. Demak.
Ketupat yang berasal dari beras tentu tidak enak kalau dimakan sendiri. Nah, opor dipilih sebagai pendamping.
Ternyata ini berhubungan dengan kebiasaan orang Indonesia yang disebut 'otak atik gathuk'. Apa itu?
'Otak atik gathuk' berasal dari bahasa Jawa, artinya mencocokkan sesuatu sebagai tanda pengingat momen.
Ketupat merupakan singkatan dari laku papat, yang terdiri dari pikiran, rasa, sikap, dan perbuatan manusia.
Ppor berasal dari konsep kehidupan, yakni 'apura-ingapura' atau 'ngapuro' yang berarti maaf memaafkan.
Lebaran diambil dari kata leburan, yakni peleburan dosa kita. Coba perhatikan ketiga makna kata itu.
Ketiga kata itu memiliki asal kata yang saling berkaitan. Untuk itu, opor ayam dan ketupat jadi perpaduan pas.
Nah, itulah alasan mengapa Lebaran di Indonesia identik dengan opor ayam dan ketupat. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Tradisi Lebaran Menarik, Bagaimana Sejarah Munculnya Hampers Lebaran?
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Opor adalah perpaduan dua makanan, apa saja? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR