Raja Garbo segera memberi tahu tugas ketiga untuk Ferko. Pemuda malang ini kembali sedih dan bingung. Ia berjalan tanpa arah dan sampailah kembali di padang rumput. Matahari mulai tenggelam. Ferko duduk beristirahat di bawah pohon
“Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dari hukuman mati?” gumamnya bingung.
Tiba-tiba saja, muncullah seekor tikus dari arah ladang gandum. Ia berlari mendekat ke kaki Ferko.
“Cit cit… senang bertemu denganmu lagi, pemuda baik hati…” sapa tikus itu.
“Apa yang membuatmu bingung, pemuda yang baik hati? Apakah aku bisa membantumu? Ciit… saya adalah tikus kecil yang pernah kau sembuhkan… “
Ferko mengenali tikus kecil itu, dan berkata, “Aduh! Bagaimana mungkin kau bisa membantuku, Tikus Kecil… Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melakukan tugasku. Saya harus memanen dan mengumpulkan seluruh jelai gandum yang tersebar di seluruh ladang kerajaan ini. Lalu mengumpulkannya di atas bukit. Besok menjelang petang, tugasku harus selesai…”
“Apa cuma itu permintaan Raja Gabor? Kalau cuma itu, tenanglah sahabatku! Tinggallah di sini dengan tenang, sampai aku datang lagi untuk memberitahu kalau seluruh gandum sudah terkumpul…”
Tikus itu lalu berlari pergi ke arah ladang. Ferko percaya, tikus itu akan menepati janjinya. Maka ia pun berbaring di rumput yang lembut, dan tertidur nyenyak sampai keesokan paginya.
Hari yang baru itu berjalan perlahan. Ferko menunggu dengan sabar, sampai akhirnya hari menjelang petang tiba. Sesuai janjinya, tikus kecil itu muncul lagi.
“Sekarang, tidak ada jelai gandumpun yang tersisa di seluruh ladang di kerajaan ini. Semua sudah dikumpulkan pada satu tumpukan besar di atas bukit!”
Ferko sangat gembira. Ia bergegas menghadap Raja Gabor. Penghuni istana dan seluruh warga kerajaan langsung berbondong-bondong menuju bukit lagi.
Setiba di sana, mereka semua tercengang dan takjub. Tampak sebuah tumpukan jelai gandum yang lebih tinggi dari istana Raja Gabor. Tak ada sehelai jelai gandum pun yang tertinggal di ladang manapun.
Bahaimana tikus kecil itu melakukan pekerjaan besar ini? Ah, rupanya ia memanggil seluruh tikus di kerajaan itu untuk membantunya mengumpulkan semua gandum.
Raja Gabor tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, tetapi pada saat yang sama, ia juga menjadi sangat marah. Sebaliknya, Putri Ilona yang cantik bergembira atas keberhasilan Ferko. Irgi dan Bunos kembali mengingatkan Raja Gabor, bahwa Ferko itu seorang penyihir.
“Kita harus memberikan tugas ketiga yang sangat sulit pada Ferko!” ujar Raja Gabor.
“Yang Mulia… Tugaskan saja dia untuk menggiring semua serigala di hutan kerajaan kita ini untuk pindah ke bukit. Tugasnya harus selesai besok petang. Jika tidak berhasil, maka dia harus dihukum!” usul Irgi.
Putri Ilona menangis mendengar rencana jahat itu. Raja Gabor segera memerintahkan pengawalnya untuk menyembunyikan Putri Ilona di sebuah menara tinggi yang dijaga ketat. Raja Gabor khawatir putrinya akan diculik Ferko sang penyihir.
Ketika mendapat tugas ketiga, Ferko sekali lagi melamun bingung di padang rumput. Ia duduk termenung di sebatang tunggul pohon. Tiba-tiba, seekor serigala besar menghampirinya.
“Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi, pemuda baik hati. Apa yang membuatmu bingung? Apakah aku bisa membantumu? Grrrr… saya adalah serigala besar yang pernah kau sembuhkan… “
Ferko mengenali serigala besar itu, dan berkata, “Aduh! Bagaimana mungkin kau bisa membantuku, Serigala Besar… Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melakukan tugasku. Saya harus menggiring seluruh serigala di hutan kerajaan ini dan mengumpulkannya di atas bukit. Besok menjelang petang, tugasku harus selesai…”
“Apa cuma itu permintaan Raja Gabor? Kalau cuma itu, tenanglah sahabatku! Tinggallah di sini dengan tenang, sampai aku datang lagi untuk memberitahu kalau seluruh serigala sudah terkumpul…”
Serigala beasr itu lalu berlari pergi. Ferko sangat gambira karena punya harapan untuk lolos dari hukuman. Namun, ia sangat sedih saat memikirkan Putri Ilona. Jika ia meninggalkan kerajaan itu, maka ia tidak akan pernah bertemu putri cantik itu lagi. Ferko lalu berbaring di rumput dan tertidur lelap.
Keesokan harinya, ia menunggu kabar dari serigala di padang rumput. Saat hampir petang, datanglah serigala besar itu.
“Saya telah mengumpulkan semua serigala di kerajaan ini, dan mereka menunggumu di hutan. Pergilah segera menghadap Raja, dan katakan padanya untuk pergi ke bukit. Raja Gabor harus melihat keajaiban yang akan kau lakukan. Nanti, kau harus naik ke punggungku. Aku akan membantumu menggiring semua serigala ke bukit.”
Ferko pun bergegas menuju istana dan meminta Raja Gabor untuk melihat aksinya di atas bukit.
Ferko lalu kembali ke padang rumput dan segera naik ke punggung serigala besar. Serigala besar langsung berlari cepat mengitari hutan kerajaan itu sambil melolong. Setiap putaran, maka serigala yang berkumpul di tengah hutan semakin banyak jumlahnya. Bahkan mencapai ribuan ekor.
Dengan Ferko di punggungnya, serigala besar lalu menggiring semua serigala itu ke atas bukit. Di sana, tampak Raja Gabor dan seluruh penghuni istana telah menunggu. Irgi dan Bunos pun hadir di sana. Hanya Putri Ilona yang tidak hadir. Ia menangis sedih di atas menara yang dijaga ketat.
Irgi dan Bunos sangat marah melihat kegagalan rencana jahat mereka. Raja Gabor sendiri menjadi ketakutan saat melihat sekawanan besar serigala datang mendekat ke atas bukit.
“Cukup! Cukup! Segera kembalikan serigala-serigala itu ke hutan! Kau sekarang bebas, Ferko!” seru Raja Gabor dari atas bukit.
Namun, sambil duduk di punggung serigala besar, Ferko berteriak pada kawanan serigala itu, “Ayo, terus naik ke atas bukit!”
Pada saat itu, serigala-serigala itu berlarian ke atas bukit, melolong mengerikan, dan menunjukkan gigi putih mereka.
Raja Gabor semakin ketakutan. “Hentikan serigala-serigala itu! Aku akan memberimu setengah kerajaanku jika kau mengusir semua serigala!"
Namun Ferko pura-pura tidak mendengarnya. Ia berseru lagi, menyuruh serigala-serigala itu terus maju. Raja Gabor dan penghuni istana lainnya semakin gemetar ketakutan. Raja Gabor berteriak,
“Stop! Kalau kau bisa mengusir semua serigala ini, aku akan memberikan seluruh kerajaan ini padamu, Ferko!”
Namun serigala besar terus memberi semangat pada Ferko, “Ayo, terus maju!” Serigala-serigala itu terus maju, dan akhirnya mengellingi Raja Gabor dan rombongannya di dalam lingkaran.
Ferko bergegas menuju menara yang mengurung Putri Ilona. Kini sang putri cantik pun bebas.
Beberapa waktu kemudian, Raja Gabor menikahkan Ferko dengan Putri Ilona. Ferko dinobatkan menjadi raja kerajaan itu. Serigala besar dan ribuan serigala lainnya, pulang ke hutan mereka masing-masing. Sementara Irgi dan Bunos, diam-diam pergi meninggalkan istana, dan kembali ke desa mereka.
Tamat.
Teks: Rizki
Dok. Majalah Bobo
Source | : | Dok. Majalah Bobo / Folkore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR