Ngengat adalah serangga yang suka tinggal di mantel tua, selimut wol, atau apapun yang hangat dan nyaman. Ibu ngengat biasanya bertelur di barang-barang seperti itu, dan itulah juga yang dilakukan ibu Nginga.
Ibu Nginga memilih sehelai mantel tua milik ayah Tia sebagai tempat bertelur. Setelah telur menetas, ibu Nginga membesarkan Nginga di situ. Nginga dan ibunya hidup berbahagia di tempat hangat itu. Mantel itu juga menjadi sumber makanan bagi Nginga. Itu sebabnya, mantel itu berlubang besar di sana sini.
Suatu hari, Tia dan mamanya membereskan lemari pakaian mereka. Mama Tia menemukan mantel tua itu.
“Wah, mantel Papa ini masih bagus. Sudah lama sekali tidak dipakai,” kata mama Tia sambil mengeluarkan mantel itu dari lemari.
Nginga merasa terganggu karena tubuhnya jadi terguncang-guncang.
Ketika mantel itu dibuka lebar, mata Tia dan mamanya terbelalak kaget.
“Ya ampun, Maaa… Lubangnya banyak sekali!” seru Tia.
“Astaga, mantel ini dimakan ngengat. Tidak ada gunanya disimpan lagi. Papa tidak bisa memakainya lagi. Harus Mama buang…” kata mama Tia kecewa.
Nginga terkejut mendengar ucapan mama Tia.
“Aneh! Buat apa membuat mantel yang masih bisa dipakai? Mantel ini kan masih berguna untuk aku…”
Nginga betul-betul tidak mengerti. Mengapa ayah Tia tidak bisa memakai mantel itu lagi? Kan, hanya ada beberapa lubang kecil. Mengapa sehelai mantel menjadi tidak berguna hanya karena berlubang-lubang?
Tak lama kemudian, mama Tia memasukkan mantel tua itu ke dalam kantong plastik. Ia lalu membawanya ke depan rumah, dan meletakkannya di atas tutup tempat sampah besar. Nginga terbang berputar-putar di sekitar tempat sampah.
“Oh, kenapa rumahku dibuang ke tempat sampah…” keluhnya sedih.
Tak lama kemudian, lewatlah seorang pengemis. Ia melihat kantong plastik di atas tutup tempat sampah. Pengemis itu mengintip isi kantong plastik.
“Wah, mantel…” gumamnya girang.
Akan tetapi, pengemis itu ragu kalau mantel itu dibuang. Maka, ketika ia melihat mama Tia keluar rumah, ia langsung menyapanya.
“Maaf, Bu… Apa mantel ini sudah dibuang? Boleh saya ambil?” tanyanya ragu. Mama Tia langsung menganguk.
“Silakan diambil, Pak. Itu sudah tidak dipakai. Banyak lubang digigiti ngengat…” jawab mama Tia ramah.
Pengemis itu mengeluarkan mantel dari kantong plastik. Ia membuka lipatan mantel dan melihat lubang-lubang kecil itu.
“Ah, hanya lubang-lubang kecil. Masih bagus dan bisa saya pakai di musim hujan ini. Terima kasih, Bu!” ucap pengemis itu girang, sambil memakai mantel itu dan berlalu pergi.
Tanpa pikir panjang lagi, Nginga segera terbang mengikuti pengemis itu. “Bapak ini tetap mau memakai mantel yang berlubang-lubang. Berarti, dia juga tidak marah kalau aku tetap tinggal di mantel itu! Mantel itu kan, rumahku!” pikir Nginga.
Jadi, Nginga pun terbang dan masuk ke dalam kantong mantel itu. Ia menikmati perjalanan keliling kota bersama si pengemis. Walaupun pengemis itu tidak tahu kalau ada Nginga di kantong mantelnya.
Pengemis itu tidak pernah mengisi kantongnya dengan apapun. Jadi, itulah tempat yang paling cocok dan nyaman untuk Nginga.
Source | : | Majalah Bobo |
Penulis | : | Dok. Majalah Bobo |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR