Bobo.id - Mungkin teman-teman sudah pernah mendengar, kalau ada beberapa alat menangkap ikan yang dilarang digunakan di Indonesia.
Beberapa alat menangkap ikan yang dilarang oleh Pemerintah adalah pukat tarik dan pukat hela.
Alat menangkap ikan ini dilarang karena menimbulkan kerusakan lingkungan atau merusak rantai makanan.
Misalnya saja cantrang yang termasuk ke dalam kategori pukat tarik.
Cantrang sangat besar bisa membuat ikan yang tidak dicari terperangkap di dalamnya.
Kalau nelayan hanya mencari udang, ikan dalam cantrang ini nantinya akan dibuang.
Baca Juga : Ikan Buntal Bisa Membuat Lingkaran Indah di Dasar Laut, Lihat 3 Fakta Ikan Buntal, yuk!
Kemudian penggunaan pukat tarik ini juga merusak bagian dasar perairan, teman-teman.
Nah, perlahan-lahan, nelayan juga mencari solusi dari larangan ini, nih.
Salah seorang akademisi di Universitas Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara, memperkenalkan alat tangkap yang namanya bubu apung!
Meski bukan pengganti alat penangkap ikan yang besar seperti cantrang, bubu apung dipastikan lebih aman dan tidak merusak lingkungan.
Bubu apung sendiri adalah pengganti bubu dasar yang tidak dilarang, namun penggunaannya merusak karang-karang.
Baca Juga : Hindari Terumbu Karang dari Benda Ini Agar Tidak Rusak dan Mati
Ibu Isrojati Johanis Paransa lah yang memperkenalkan bubu apung pada nelayan di Manado.
Bubu apung ini tidak akan menyentuh dasar perairan dan tidak berdampak pada karang.
Bubu apung juga mudah untuk dikendalikan oleh satu atau dua orang saja, teman-teman.
Ibu Isrojati juga melakukan sosialisasi pada nelayan tentang manfaat alat penangkap ikan ini.
Baca Juga : Ternyata Kotoran Burung Bisa Bikin Terumbu Karang Sehat! Kok Bisa, ya?
Alat penangkap ikan ini dioperasikan di bawah rakit sehingga tidak akan menangkap ikan yang ada di dasar.
Satu bubu apung ini bisa menampung 5-10 kilogram ikan, lo.
O iya, pembuatan bubu apung juga cepat karena hanya membutuhkan waktu satu hari saja!
Menurut ibu Isrojati, bubu apung ini bisa memanfaatkan pemangsaan ikan besar yang menyerang ikan kecil, lalu keduanya masuk ke dalam alat ini.
Baca Juga : Laut di Bali Semakin Kotor, Ikan Pari Harus Berenang dengan Plastik
Berdasar penelitian, alat ini maksimal dioperasikan selama tiga hari saja karena dalam waktu 72 jam ikan sudah bisa mengenali lingkungannya.
Kalau sudah begitu, ikan jadi bisa keluar sendiri dari alat ini.
Nah, saat ini alat ini masih terus diuji kegunaannya, teman-teman.
Wah, semoga alat ini bisa menjadi pengganti penangkap ikan yang baik untuk nelayan Indonesia, ya!
Baca Juga : Apakah Rajin Makan Ikan Bisa Membuat Kita Pintar? Cari Tahu, Yuk!
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | mongabay.co.id |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR