Apakah teman-teman pernah melihat prangko-prangko lucu yang ditempelkan pada amplop surat? Prangko merupakan tanda pembayaran pengiriman surat, dan sudah ada sejak tahun 1840.
Apa itu prangko?
Berasal dari bahasa Latin yaitu ‘franco’, prangko berarti tanda bayar untuk melunasi biaya pengeposan surat. Dengan adanya prangko, itu berarti petugas pos memiliki kewajiban mengantarkan surat tersebut kepada penerima, dan saat menerimanya pun si penerima tidak membayar biaya apa pun lagi.
Mengapa prangko diciptakan?
Mulanya pada tahun 1830, Inggris sedang mengalami kemajuan sehingga aktivitas berkirim surat meningkat di negara tersebut. Saat itu pengirim surat dapat mengeposkan suratnya tanpa biaya sama sekali, dan yang diharuskan membayar adalah si penerima. Hal ini kemudian menyebabkan cukup banyak kerugian, sebab tidak semua penerima mau membayar ketika suratnya sampai.
Seorang bernama Rowland Hill kemudian memberi usul agar biaya pengiriman surat disamakan untuk seluruh jarak pengiriman –baik jauh maupun dekat, dan biayanya harus dibayarkan pengirim. Biaya pengiriman itu kemudian dilambangkan dengan sebuah prangko.
Prangko pertama di dunia adalah sebuah prangko hitam dengan gambar wajah Ratu Victoria. Prangko ini kemudian dikenal dengan nama lain yaitu ‘The Penny Black’ sebab bernilai 1 Penny pada masanya.
Setelah Inggris, berbagai negara lain juga menerbitkan prangko mereka masing-masing. Negara-negara tersebut misalnya Zurich, Amerika, Brazilia, Perancis, bahkan juga di Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda.
Prangko pertama di Hindi Belanda
Prangko pertama di Hindia Belanda diterbitkan tahun 1864, berwarna merah dan bergambarkan wajah Raja Willem III. Harganya 10 sen. Di awal kemunculannya, prangko hanya bergambar wajah Raja dan Ratu di negara-negara penerbitnya, tetapi kemudian gambar prangko menjadi beraneka ragam. Dan biasanya di prangko selalu ada nilai nominal yang tercantum.
Seiring perkembangan zaman, prangko kemudian menjadi koleksi bagi mereka yang hobi mengumpulkannya. Kegiatan ini kemudian disebut filateli.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR