Kisah Cincin dan Ikan

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 24 Maret 2018 | 04:00 WIB
Kisah Cincin dan Ikan (Vanda Parengkuan)

“Aku bukan peramal. Jangan suruh aku meramal nasib!”

Akan tetapi, teman-temannya terus memaksa Baron untuk meramal nasib Margareth. Akhirnya Baron berkata,

“Baiklah, baiklah! Aku akan mencoba meramal jodohnya. Tapi, aku harus tahu tanggal lahir Margareth.”  

Pak Aldwin dan istrinya saling pandang dengan bingung. Mereka akhirnya menceritakan rahasia mereka.

“Sebetulnya, Pak…” kata Bu Aldwin. “Margareth bukanlah anak kandung kami. Kami menemukannya tepat 16 tahun yang lalu.”

“Ya,” kata Pak Aldwin. “Aku menemukan Margareth yang malang ini, mengambang di sungai beberapa kilometer dari pondok kami.”

“Sungai mana?” tanya Baron. Tak ada yang memerhatikan betapa pucatnya wajah Baron saat itu, dan betapa pelan suaranya.

Pak Aldwin menyebut nama sungainya.

“Berapa bulan usianya ketika dia ditemukan?” tanya Baron lagi.

“Mungkin baru beberapa hari usianya,” jawab Bu Aldwin.

Baron tak bisa mengatakan apa-apa, karena ia tahu itulah gadis yang menurut ramalan akan menikah dengan anaknya. Ia sudah mencoba menyingkirkannya 16 tahun lalu, namun bayi itu sudah dewasa sekarang. Bu Aldwin datang membawa syal abu-abu panjang.

“Ini syal yang membungkus bayi yang ditemukan suamiku,” katanya. “Aku tidak tahu dari mana asal Margareth. Tapi pola rajutan syal ini adalah pola yang biasa dirajut seorang ibu dari York untuk bayinya. Aku tahu karena adik ku juga ada yang tinggal di York.”