Bobo.id - Pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial Kurikulum Merdeka kelas 7 SMP, kita akan belajar tentang permasalahan kehidupan sosial budaya.
Keberagaman budaya di Indonesia sudah dimulai sangat lama. Kondisi geografis Indonesia turut mewarnai keberagaman ini.
Setiap masyarakat di berbagai wilayah Indonesia memiliki tokoh panutan, yang setiap tindakannya dijadikan teladan.
Tokoh itu saat ini setara dengan para influencer atau dalam KBBI dikenal dengan pemengaruh di media sosial.
Tokoh itu dijadikan sebagai simbol dan pengaruhnya dapat memengaruhi keragaman budaya yang berangkat dari isu yang memicu perlawanan.
Pada buku Kurikulum Merdeka, kita diajak untuk belajar tentang tokoh atau sosok dalam sejarah di tingkat lokal.
Tokoh-tokoh itu memperjuangkan tanah airnya dari serangan bangsa asing yang saat itu sedang gencar menguasai Nusantara.
Salah satu tokoh dalam sejarah di tingkat lokal adalah Syarif Abdurrahman yang memperjuangkan kemajuan daerah Pontianak.
Pada buku Kurikulum Merdeka ada pertanyaan, bagaimana karakteristik daerah Pontianak yang dipilih sebagai tempat membuka pemukiman baru.
Sebelum Bobo memberikan pembahasannya, kita cari tahu dulu tentang siapa itu Syarif Abdurrahman, yuk!
Siapa Itu Syarif Abdurrahman?
Baca Juga: Cari Jawaban IPS, Bagaimana Sebab dan Akibat dari Konflik Aceh dan Portugis?
Syarif Abdurrahman adalah putera dari Syarif Husain dan perempuan Dayak yang lahir pada tahun 1742. Beliau adalah cucu dari Syekh Abdurrachman.
Masa mudanya dihabiskan dengan berpetualang, mulai dari berdagang sampai ke Banjarmasin hingga merampas kapal asing.
Hingga akhirnya, Syarif Abdurrahman menjadi menantu sultan dengan menikahi Ratu Sirih Anom dari Banjarmasin.
Sayangnya, ambisinya yang tinggi menyebabkan ia dibenci dan terpaksa kembali ke Mempawah, Kalimantan Barat.
Pada akhir tahun 1771, Syarif Abdurrahman bersama beberapa pengikutnya berlayar di Sungai Kapuas hingga pertemuan dengan Sungai Landak.
Bagaimana Karakteristik Daerah Pontianak?
Di sana, ia membuka hutan dan membangun pemukiman baru yang kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan.
Konon, wilayah itu banyak dihuni makhluk halus. Namun, berhasil ditundukkan dan wilayah itu diberi nama Pontianak.
Terbukti, pemilihan tempat ini membawa keuntungan dengan banyaknya pedagang yang singgah dari Bugis, Melayu, Tiongkok, Sangau, Sukadana, hingga Sambas.
Setelah berkedudukan kuat, Syarif Abdurrahman melakukan ekspansi ke Sangau yang merupakan vasal dari Kerajaan Banten.
Raja Sangau berupaya memohon bantuan tetapi saat itu Banten sedang mengalami kemunduran, teman-teman.
Baca Juga: Mengenal Keumalahayati, Laksamada Perempuan yang Berhasil Melawan Portugis, Materi IPS
Kerajaan Banten pun akhirnya menyerahkan daerah yang terdapat di Kalimantan itu kepada Belanda. Syarif Abdurrahman juga mengakui supremasi Belanda.
Akhirnya, Belanda mempunyai hak atas monopoli hasil daerah Pontianak berupa emas, berlian, sarang burung, lada, karet, rotan, lilin, dan sagu.
Pembersihan Penghalang Kemajuan Perdagangan Pontianak
Akibat ekspansi Belanda di Riau, sebagai raja muda di Riau, Raja Ali kemudian lari ke Mempawah, teman-teman.
Raja Ali yang hadir sebagai musuh Belanda di Mempawah, dimanfaatkan Syarif Abdurrahman untuk membersihkan penghalang kemajuan perdagangan Pontianak.
Perebutan kekuasaan di wilayah itu semakin rumit akibat konflik yang terjadi antara Sambas dan Mempawah.
Konflik itu dapat diredam atas bantuan Syarif Abdurrahman, tetapi pertentangan antara Panembahan Mempawah dan Abdurrahman menjadi meningkat.
Abdurrahman sudah bersiasat untuk meyakinkan Belanda bahwa Panembahan Mempawah adalah musuh besarnya.
Faktor lain yang jadi penambah konflik itu adalah persaingan dan permusuhan antara Pontianak dan Sukadana.
Rivalitas Pontianak dan Sukadana terjadi akibat hasil dari daerah hulu Sungai Kapuas ke Sukadana merugikan Pontianak.
Saat Raja Ali mengungsi ke Sukadana dan pindah dari Mempawah, Abdurrahman pun menambah kekuatan dan meminta bantuan dari Belanda.
Baca Juga: Cari Jawaban IPS, Bagaimana Kekuatan Maritim Jepara pada Masa Ratu Kalinyamat Berkuasa?
Syarif Abdurrahman Meminta Bantuan Belanda
Belanda bersedia membantu karena Sukadana tidak pernah mengakui kehadirannya di Kalimantan.
Pasukan Belanda kemudian bersama dengan Syarif Kasim (putera dari Syarif Abdurrahman) menyerang Sukadana.
Sultan Ahmad Kaharudin menyelamatkan diri bersama pengikutnya. Mempawah dan Matan pun menjadi target berikutnya.
Persaingan dan pertentangan yang terjadi di Kalimantan barat ini mengandung campur tangan Belanda.
Belanda kesulitan untuk melakukan penaklukan dan hanya membutuhkan pengakuan atas kekuasaan.
Kalimantan Barat berintegrasi akibat adanya jaringan komunikasi melalui perang, perdagangan, diplomasi, dan perkawinan di akhir abad ke-18.
----
Kuis! |
Syarif Abdurrahman terkenal sebagai tokoh apa? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR