Esok paginya, Peri Tercantik harus melanjutkan perjalanannya. Di saat ia merasa hampir pingsan, untuk ketiga kalinya ia melihat rumah putih hijau. Wanita cantik yang serupa juga menyambut dan merawatnya dengan baik.
Ternyata, ketiga rumah itu adalah milik tiga wanita bersaudara. Mereka memiliki benda-benda anugerah peri. Pekerjaan mereka adalah membantu orang-orang malang yang dibuat menderita oleh Lagree. Mereka lembut dan baik hati. Mereka menghibur orang-orang malang yang lewat itu untuk tetap bersemangat karena masalah mereka pasti ada jalan keluarnya.
Wanita cantik ketiga ini memberikan sebotol parfum pada Peri Tercantik. “Bukalah hanya pada saat kau dalam bahaya,” pesannya.
Peri Tercantik mengucapkan terimakasih dan melanjutkan perjalanan. Ia merasa lebih bersemangat.
Setelah berjalan beberapa jam, ia tiba di sebuah hutan yang penuh dengan cairan lembut dan aroma harum. Beberapa langkah kemudian, ia melihat sebuah kastil perak yang tergantung indah. Kastil itu diikat dengan rantai perak di empat pohon besar yang tumbuh di empat penjuru arah.
Angin sepoi-sepoi membuat kastil yang tergantung sedikit di atas tanah itu bergerak perlahan. Peri Tercantik ingin sekali masuk ke dalamnya. Namun kastil itu tampaknya tak punya pintu maupun jendela.
Dengan agak ragu, Peri Tercantik lalu membuka sebutir kacang pemberian wanita cantik pertama. Seketika, keluarlah seorang pelayan kecil yang terbang ke teras kastil. Ia lalu menjulurkan seuntai rantai perak dari sabuknya. Di ujung rantai, terdapat kunci emas kecil.
Peri Tercantik segera memanjat rantai perak itu. Setiba di atas istana, pelayan kecil itu menarik tangan Peri Tercantik. Pelayan kecil itu lalu menghilang. Putri Tercantik segera membuka pintu kastil dan masuk ke dalamnya.
Bagian dalam istana itu sangat megah. Bintang-bintang dari emas dan permata menghiasi langit-langit istana. Ruangan itu tampak terang. Di tengah ruangan itu, ada sebuah sofa terbungkus kain lebar warna pelangi. Sofa itu tergantung di tali emas sehingga berayun mengikuti gerakan istana gantung. Siapapun yang tidur di atas sofa itu pasti tertidur nyenyak.
Di sofa yang anggun itu, tampak terbaring seorang pangeran. Ia tertidur sangat nyenyak. Peri Tercantik langsung tahu, kalau itu adalah Pangeran Pelangi. Di tempat itulah ia ditahan sejak ia menghilang.
Peri Pelangi menceritakan perjalanannya yang sulit saat lari dari istana Largee. Namun sayangnya, walau berulang kali ia bercerita dengan suara keras, Pangeran Pelangi tetap tidur dengan nyenyak. Ia samasekali tak mendengar suara Peri Tercantik.
Karena putus asa, Peri Tercantik lalu membuka delima emas pemberian wanita cantik kedua. Begitu delima itu terbuka, keluarlah dari dalamnya sebuah biola kecil. Biola itu terbang ke atap berkubah sambil mengeluarkan musik yang indah.
Source | : | dok. Majalah Bobo,Dongeng Hungaria |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR