Manae tiba-tiba sudah berada di depan Ratu Peri lagi. Mata dan pipinya masih basah dengan air mata.
“Ow, ow! Cobalah memberi jawaban yang tanpa menangis!” saran Ratu lagi sambil tersenyum. Namun, matanya agak melotot. Tanpa menunggu komentar Manae, Ratu meniupkan asap lagi ke wajah anak itu.
Untuk ketiga kalinya, Manae muncul di rumahnya lagi. Untuk ketiga kalinya juga ibunya muncul.
“Manae, Ibu tadi terburu-buru sampai lupa memberi bandomu. Besok saja, ya!” ujar ibunya seperti yang tadi- tadi.
Manae terdiam. Jawaban apa yang harus diberikannya sekarang?
“Lo, kenapa diam sekarang? Besok ya, Ibu belikan. Ibu janji,” bujuk ibunya.
Manae tetap terdiam. Matanya menatap wajah ibunya. Senyum lembut ibunya sangat tulus. Mata bening ibunya tampak agak khawatir. Baru kali ini Manae menatap lekat ibunya. Ibu sangat baik, pikir Manae luluh.
“Iya, Bu. Besok juga tak apa-apa,”ujar Manae akhirnya.
Mata ibunya terbelalak tak percaya. Senyumnya melebar.
“Ah, Manae sekarang pintar, ya. Ibu senang sekali,” Ibu mencium ubun-ubun kepala Manae. Entah mengapa, Manae merasa lega sekali. Ia juga bangga bisa membuat ibunya bahagia.
Puff Puff Puff!