Berbagai festival atau pesta adat sering kali dilaksanakan di daerah-daerah. Salah satu yang cukup menarik adalah Festival Erau di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Mulanya, Erau merupakan upacara penobatan raja Kutai. Pertama kali dilakukan ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti –raja Kutai Kartanegara yang pertama, berumur 5 tahun. Upacara itu berupa kegiatan tijak tanah dan mandi ke tepian. Tradisi ini kemudian dipelihara turun-temurun, sehingga seluruh raja-raja Kutai juga menjalani upacara Erau.
Selain itu, selain untuk penobatan para raja, Erau juga dilakukan setiap kali Raja Kutai ingin memberikan gelar atau menobatkan tokoh masyarakat di daerahnya. Biasanya tokoh-tokoh ini adalah orang-orang yang berjasa bagi pihak kerajaan.
Semakin lama, masyarakat semakin melestarikan upacara Erau, hingga sekarang meski tak ada lagi Kerajaan Kutai, namun Erau tetap diadakan sebagai festival budaya masyarakat Kutai.
Festival Erau sekarang
Festival Erau pertama kali diadakan oleh pemerintah daerah Kutai pada tahun 1971, dan hingga sekarang rutin dilaksanakan 2 tahun sekali. Biasanya Erau dilakukan bulan September, sebab bertepatan dengan hari jadi kota Tenggarong, teman-teman.
Di samping itu, untuk bisa mengadakan Festival Erau secara rutin sebagai kegiatan daerah Kutai, pemerintah daerah diwajibkan meminta izin dari Raja Kutai juga, lo. Izin ini kemudian diberikan oleh Raja Kutai yang terakhir, yaitu Sultan A.M. Parikesit.
Beberapa prosesi yang terkenal di Festival Erau adalah belimbur atau tradisi siram-menyiram di antara masyarakat. Prosesi lainnya yang tak kalah penting adalah mengulur naga. Serombongan orang akan mengarak replika naga dan dilepaskan di Kutai Lama. Hal ini konon berhubungan erat dengan legenda mengenai Putri Karang Melenu yang merupakan permaisuri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti, raja pertama Kerajaan Kutai.