Fidget Spinner, Mainan Terbaru Penghilang Rasa Cemas

By Aisha Safira, Selasa, 16 Mei 2017 | 07:31 WIB
Ternyata fidget spinner bukan sekadar mainan lo. Foto: etsy.com (Aisha Safira)

Sudah pernah dengar mainan bernama fidget spinner? Mainan yang sedang populer ini bisa menghilangkan rasa cemas. Bagaimana caranya?

Di Indonesia masih baru

Ada satu mainan yang saat ini sedang populer di kalangan anak-anak dan remaja. Mainan ini bernama fidget spinner. Nama ini berasal dari bahasa Inggris dan mempunyai arti yang sesuai dengan kegunaannya.

Kata fidget berarti gelisah atau tidak tenang. Sedangkan spinner berarti pemutar. Jadi fidget spinner digunakan untuk menghilangkan kecemasan atau kegelisahan. Mainan ini sudah menjadi tren di Amerika Serikat dan Eropa tapi di Indonesia ini adalah hal baru.

Cara memainkan fidget spinner

Fidget spinner mempunyai poros di bagian tengah dan tiga bearing. Jika dilihat mainan ini bentuknya mirip dengan shuriken, yaitu senjata yang berasal dari Jepang.

Cara memainkannya adalah dengan menjepit porosnya lalu memutar bearing-nya. Pegang porosnya dengan jempol dan jari tengah lalu putar bearing-nya menggunakan telunjuk.

Membantu penyandang ADHD

Fidget spinner ternyata bukan hanya mainan biasa. Mainan ini dapat membantu orang-orang dengan gangguan psikologis, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD. Orang yang mengalami ADHD biasanya hiperaktif dan sulit fokus. Fidget spinner bisa membantu orang yang mengalami ADHD karena dapat membantu mereka untuk fokus dan menghilangkan kecemasan. Mainan ini juga bisa menghilangkan kebiasaan buruk, seperti menggigit kuku.

Tapi saat ini fidget spinner juga dimainkan oleh kalangan anak-anak dan remaja. Di tangan mereka, fidget spinner tidak hanya bisa diputar saja. Ada beberapa trik yang bisa dipraktikan menggunakan mainan ini. Contohnya seperti memutarnya sambil melemparkannya ke udara lalu menangkapnya kembali.

Cerita di balik fidget spinner

Fidget Spinner diciptakan oleh Catherine A. Hettinger pada 1980-an. Mainan ini ia ciptakan untuk menolong orang dengan ADHD dan kecemasan berlebihan. Lalu, ia pun mematenkan mainan ini. Sayangnya setelah memegang hak paten selama delapan tahun, Catherine kehilangan hak paten mainan ini. Sebabnya, ia tidak bisa membayar biaya pembaruan hak paten tersebut.

Akhirnya, hak paten fidget spinner pun diambil oleh perusahaan lain. Sudah banyak perusahaan yang berusaha mengembangkan mainan ini dengan berbagai model dan warna. Walaupun begitu, Catherine tetap senang karena mainan buatannya ini bisa membantu para penyandang ADHD, autisme, dan kecemasan berlebihan.