Kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang berasal dari tanah Jawa. Pergelaran yang terdiri dari 4 fragmen tarian ini terasa menyeramkan bagi sebagian orang, tetapi merupakan salah satu kesenian yang cukup unik di Indonesia.
Belum tercatat secara jelas asal-usulnya
Kuda lumping dikenal juga dengan nama jaran kepang. Kesenian ini memperagakan sekelompok penari sedang menunggang kuda. Kuda yang digunakan bukanlah kuda asli, melainkan kuda buatan yang dibuat dari anyaman bambu yang disebut kepang. Anyaman ini dibuat sedemikian rupa, dihias dengan aneka kain serta warna, sehingga membentuk seekor kuda. Para penari yang menunggang kuda ini memerankan tokoh prajurit.
Sayangnya, belum ada asal-usul yang jelas mengenai tarian kuda lumping, bahkan kapan pertama kali kuda lumping diperagakan pun tidak tercatat. Pada 2012 yang lalu, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat itu, Bapak Mohammad Nuh mengatakan bahwa hal ini sangat disayangkan.
Tidak tercatatnya kuda lumping sebagai bagian dari sejarah Indonesia secara jelas, merupakan salah satu bukti pentingnya melestarikan budaya di negeri kita, teman-teman.
Merupakan bagian dari tari reog
Ada beberapa jenis pagelaran kuda lumping, di antaranya hanya berupa tarian biasa, dan ada pula yang menampilkan atraksi-atraksi menyeramkan seperti kekebalan tubuh penari, atau memakan benda-benda yang tak semestinya.
Meski tidak jelas asal-usulnya, kesenian ini diyakini berasal dari budaya Jawa. Banyak komunitas orang Jawa yang sudah bertransmigrasi di Sumatera, Kalimantan, atau pulau lain membawa kesenian ini untuk dipentaskan di tempat tinggalnya yang baru. Bahkan, banyak pekerja dari Jawa yang bekerja di Malaysia kadang mementaskan kuda lumping ini.
Karena tidak adanya data yang mencatat asal-usul kuda lumping dengan jelas, sejauh ini masyarakat menyimpulkan bahwa tarian khas ini disebarkan turun-temurun antar generasi di dalam keluarga saja.
Terdiri dari 4 bagian
Ada 4 bagian dalam pagelaran kuda lumping, yaitu tarian Buto Lawas yang diperagakan sebanyak 2 kali, tarian Senterewe, serta tari Begon Putri.
Buto Lawas sedikit unik, sebab hanya boleh dimainkan oleh para penari laki-laki yang terdiri dari maksimal 6 orang. Mereka akan menunggang kuda kepang, kemudian menari-nari mengikuti irama musik!
Setelah tari Buto Lawas selesai, para penari perempuan akan bergabung dan bersama-sama menarikan tarian bernama Senterewe. Sampai akhirnya tiba bagian penutup, para penari perempuan dengan gemulai menarikan tari Begon Putri. Gerakan dalam tarian ini lebih ringan dari 2 tarian lainnya.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR