Konon dunia ini mempunyai delapan keajaiban. Sayangnya, keajaiban yang kedelapan telah hilang sejak 131 tahun yang lalu. Nah, kabarnya keajaiban ini telah ditemukan kembali, lo!
Selama ini keajaiban dunia yang kita ketahui hanya ada tujuh. Padahal keajaiban dunia ada delapan, lo. Tapi yang kedelapan ini tidak resmi dimasukkan ke dalam daftar keajaiban dunia. Hanya saja ada beberapa kandidat yang dipilih karena sama menakjubkannya dengan tujuh keajaiban dunia lainnya. Salah satu kandidatnya adalah Pink and White Terraces atau Teras Pink dan Putih. Keduanya berada di Danau Rotomahana, sebelah utara Pulau Selandia Baru. Oleh karena keindahannya, kedua teras ini disebut sebagai keajaiban dunia dan menjadi tempat wisata. Sayangnya, keindahan Pink and White Terraces ini hanya berlangsung hingga akhir abad ke-19.
Kisah menghilangnya keajaiban dunia kedelapan
Pink and White Terraces terbentuk karena pengendapan silika dari mata air panas yang ada di sekitarnya. White Terrace dikenal oleh penduduk Maori dengan nama Te Tarata atau batu bertato. Sedangkan Pink Terrace dikenal dengan nama Otukapuarangi atau air mancur dari langit mendung. Dulu, banyak orang dari berbagai penjuru dunia yang datang untuk melihat keindahannya. Tak lupa juga mereka mandi di mata air Pink Terrace.
Akan tetapi keajaiban dunia yang indah ini hilang pada 1886 karena letusan Gunung Tarawera. Saat Gunung Tarawera meletus, magmanya naik hingga ke teras dan menimbulkan ledakan besar. Konon, kekuatan ledakannya sama dengan ledakan senjata nuklir. Keajaiban dunia kedelapan ini pun hancur dan menghilang tanpa jejak.
Ditemukan kembali
Setelah 131 tahun, seorang peneliti bernama Rex Bunn mengaku telah menemukan petunjuk tentang Pink and White Terraces. Ia menemukannya dalam buku harian pakar geologi bernama Dr. Ferdinand von Hochstetter. Dalam buku harian itu, Dr. Hochstetter mendeskripsikan kedua teras ini dan juga menandai letaknya.
Namun, dengan petunjuk itu pun keajaiban dunia ini masih sulit ditemukan. Hingga akhirnya Bunn menggunakan teknik kartografi forensik dengan membandingkan peta Seladia Baru pada 1859 dengan yang sekarang. Ia pun memperkirakan bahwa letak kedua teras ini telah berpindah sejauh 35 meter.
Saat ini, tempat itu masih dalam proses penggalian. Bunn menyerahkan hal tersebut kepada suku Tuhourangi, penduduk asli di sana. Wah, semoga mata air ini bisa cepat ditemukan, ya. Jadi kita juga bisa menyaksikan keindahan keajaiban dunia kedelapan ini.
Contoh Bentuk Kesenian Tradisional di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Aisha Safira |
Editor | : | KUSSUSANI |
KOMENTAR