Setiap orang memiliki rasa takut yang berbeda-beda terhadap suatu hal atau benda. Misalnya takut terhadap badut, ular, atau pun takut melihat hantu. Nah, sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh ketika kita merasa takut?
Bentuk Antisipasi
Rasa takut adalah bentuk antisipasi terhadap ancaman yang muncul. Misalnya saat kita mendengar bunyi benda terjatuh di depan rumah yang lagi sepi, kita akan menerka-nerka sembari waspada akan suara tersebut. Apakah suara tersebut berasal dari pencuri, hantu, atau kucing.
Sinyal Rasa Takut
Saraf di telinga yang mengirimkan suara merupakan bagian pertama dari beberapa sistem saraf yang terlibat dalam proses mengelola rasa takut tadi. Sinyal rasa cemas dan takut kemudian dikirim ke bagian otak yang bernama talamus dan amigdala.
Reaksi Rasa Takut
Amigdala akan melepaskan senyawa neurotransmitter yang disebut dengan glutamat. Inilah senyawa kimia di balik rasa takut yang sering terjadi. Kemudian ada respons yang datang dari bagian otak bernama periaqueductal gray. Ini adalah bagian otak yang mengatur dua bentuk reaksi rasa takut seperti melompat atau merinding. Lalu, bagian hipotalamus bertugas untuk mengatur reaksi perlawanan yang kemudian dapat meningkatkan detak jantung.
Rasa takut juga membuat tubuh melepaskan glukosa yang siap dialirkan ke darah. Itu berguna untuk memberi kekuatan bagi kita untuk berlari jika diperlukan. Reaksi rasa takut yang terjadi pada setiap orang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat ketakutannya. Ada yang hanya menutup mata atau menutup telinga, ada juga yang sampai berlari.