Kebab, Makanan Asal Turki Ini Saingan Berat Burger

By Petronela Putri, Minggu, 7 Mei 2017 | 08:05 WIB
Foto: dafafoodindo.com (Petronela Putri)

Kebab merupakan salah satu makanan yang khas dari Timur Tengah, terdiri dari tortila khas Meksiko yang berisi daging, sayuran, dan saus.  Nah, apakah teman-teman tahu bagaimana sejarah makanan ini?

Makanan yang berasal dari TurkKebab berasal dari Turki, dalam bahasa Arab lebih dikenal sebagai kabbeh. Konon, kebab mulai hadir di abad ke-18. Waktu itu pedagang Turki banyak yang berhubungan dengan pedagang di Berlin, Jerman, sehingga sempat terjadi perubahan pada kebab, karena menyesuaikan dengan selera orang Jerman.

Awalnya, daging kebab akan dipanggang  manual, kemudian disajikan dengan paprika, saus, dan dibungkus roti Tortila khas Meksiko. Ketika masuk Jerman, teknik pembuatan kebab mulai berkembang. Pemanggangan dagingnya mulai menggunakan panggangan listrik dan gas, meski isi kebab kurang lebih masih sama, yaitu roti dan sayuran/salad.

Daging yang biasa digunakan dalam pembuatan kebab adalah daging sapi, domba, maupun ayam. Semuanya bisa digunakan sesuai selera pembeli, teman-teman. Setelah semua isi kebab dicampurkan menjadi satu dalam Tortila, kebab akan digulung untuk kemudian dipanggang kembali dalam durasi waktu yang tak terlalu lama, agar kematangannya lebih baik dan lebih terasa enak ketika disantap.

Saingan berat burger

Nah, siapa sangka bahwa ternyata masyarakat Berlin, Jerman sangat menyukai kebab, teman-teman! Meski makanan ini tergolong makanan pendatang yang dibawa oleh masyarakat Turki, tetapi di Jerman sendiri kebab dinilai mampu bersaing dengan penjualan burger daging atau hamburger. Padahal, burger telah lebih dulu ada dan dikenal luas di Jerman. Hihi.

Semakin meluas ke seluruh dunia

Kini, kebab telah meluas ke seluruh dunia, termasuk Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Cina, bahkan di Indonesia! Di Indonesia, kebab dapat ditemui di kedai pinggir jalan maupun di restoran-restoran besar.

Tetapi ketika masuk ke negara lain, tentu pembuatan kebab akan disesuaikan kembali dengan selera masyarakatnya, meski tak berbeda jauh dengan kebab yang asli dari Turki. Misalnya, di Indonesia kebab dinilai berukuran lebih kecil daripada kebab yang asli, lo! Wah...