Ada banyak tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah Tari Padoa. Tarian ini ditarikan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur di malam bulan purnama. Seperti apa, ya?
Ditarikan Beramai-Ramai
Tari Padoa adalah salah satu tarian tradisional dari Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini biasa ditarikan bersama-sama baik oleh penari perempuan maupun laki-laki. Tarian ini termasuk salah satu tarian turun-temurun dan sangat terkenal di NTT.
Biasanya, tari padoa dilakukan warga sekampung di akhir musim hujan dan ketika malam bulan purnama. Para penari berkumpul di sebuah tempat, membentuk lingkaran, menari, dan bernyanyi melantunkan doa.
Para penari menggunakan pakaian adat. Kaki mereka mengenakan wadah anyaman berisi hasil panen, misalnya kacang hijau. Penggunaan kacang hijau ini tentu ada artinya. Konon, jika biji kacang hijau tersebut masih utuh setelah tarian selesai, maka kualitas kacang hijau itu dianggap bagus.
Siapa saja yang mengikuti tarian ini?
Siapa saja yang boleh ikut menarikan tari padoa ini? Seluruh warga kampung diperbolehkan untuk ikut menari bersama. Laki-laki, perempuan, tua, maupun muda. Semuanya dianjurkan ikut menari dan memanjatkan pujian, terima kasih kepada Tuhan atas seluruh berkat yang mereka dapatkan.
Diiringi nyanyian khas Suku Sabu dan tidak menggunakan alat musik
Selain menari dan melantunkan doa, biasanya suku Sabu juga menyanyikan lagu khas suku mereka. Uniknya, suku ini sama sekali tidak menggunakan alat musik tertentu. Mereka hanya mengandalkan bunyi-bunyian dari biji kacang hijau yang ada dalam wadah anyaman di kaki masing-masing.
Ketika tubuh penari mulai bergerak, bunyi biji kacang hijau pun mulai terdengar seperti irama musik tertentu. Seiring gerakan mereka, bunyi biji kacang hijau terdengar bagai kesatuan musik yang enak didengar.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR