Teman-teman pernah mendengar nama Wae Rebo? Wae Rebo adalah sebuah desa berkabut di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai desa ini, pengunjung harus mendaki, lo!
Desa cantik di ketinggian
Wae Rebo juga juga dikenal dengan nama kampung di atas awan. Desa ini terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai Barat, Flores.
Perjalanan menuju Wae Rebo pun tidaklah mudah, sebab desa ini terletak di antara lembah pegunungan dan satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan naik pesawat dari Labuan Bajo, kemudian masih harus berjalan kaki selama beberapa jam. Kondisi jalannya pun tanah menanjak, berbatu, dan pengunjung harus bertualang melintasi sungai. Wah!
Melihat Mbaru Niang
Ketika tiba di Wae Rebo, pengunjung atau wisatawan diwajibkan untuk membunyikan kentungan, sebagai tanda bahwa desa kedatangan tamu. Ada semacam upacara penyambutan yang akan digelar ketika desa ini kedatangan tamu baru, teman-teman.
Di sini, teman-teman juga bisa melihat rumah tradisional Flores bernama Mbaru Niang. Rumah tradisional jenis ini memiliki bentuk yang unik seperti kerucut. Satu rumah ditempati oleh 7-8 keluarga, karena ukurannya cukup besar dan luas.
Selain itu, jumlah rumah di desa ini pun dibatasi. Hanya boleh ada 7 rumah Mbaru Niang di Wae Rebo. Sebab, penduduk desa ini pun tak banyak, hanya sekitar 500-600 orang saja. Lalu bagaimana ya kalau kelamaan penduduknya terus bertambah ? Konon, sebagiannya harus berpindah ke kampung yang lain, tak jauh dari Wae Rebo, teman-teman.
Mendapat penghargaan dari UNESCO
Meski hidup terpencil dan jauh dari keramaian dunia luar, tetapi banyak wisatawan yang penasaran pada masyarakat Wae Rebo. Desa berselimut kabut dengan pemandangan pegunungan hijau ini terus didatangi.
Hingga akhirnya Wae Rebo mendapat penghargaan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sebuah badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan.
Uniknya, jika ingin menginap di Wae Rebo, teman-teman pun boleh ikut mencoba tidur di rumah tradisional Mbaru Niang, lo! Ada tarif tertentu yang harus dibayarkan wisatawan kepada warga desa, yang nantinya akan dipergunakan untuk kesejahteraan bersama.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR