Tiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri dalam menyambut ramadhan, termasuk kota Semarang, teman-teman. Salah satu karnaval tahunan yang diadakan jelang ramadhan adalah Pawai Warak Ngendog. Seperti apa?
Warak Ngendog, mainan khas Dugderan
Teman-teman pernah mendengar istilah warak ngendog? Warak ngendog ini merupakan salah satu mainan khas yang dijual di Pasar Malam Dugderan, sekaligus hewan imajiner bagi masyarakat Semarang yang bentuknya cukup unik.
Kepala warak ngendog adalah kepala naga, tetapi tubuhnya merupakan tubuh unta, lengkap dengan kaki yang mirip kambing. Biasanya, warak ngendog pun dibuat versi besarnya dan diarak dalam sebuah karnaval yang dikenal sebagai Pawai Warak Ngendog.
Merupakan simbol toleransi masyarakat Semarang
Nah, ternyata warak ngendog merupakan salah satu wujud persatuan berbagai budaya yang ada di Semarang, teman-teman; misalnya Jawa, China, dan Arab. Biasanya, arak-arakan pawai warak ngendog ini dilaksanakan sesaat sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Biasanya, banyak warga Semarang yang sangat menyukai acara ini, sehingga tiap kali pawai warak ngendog diadakan maka masyarakat akan berkumpul beramai-ramai di rute yang dilewati pawai hewan imajiner tersebut.
Balai Kota hingga Masjid Agung Semarang merupakan salah satu rute yang rutin dilewati pawai warak ngendog tiap tahunnya, teman-teman. Di samping itu, meski diadakan menjelang awal bulan Ramadhan, pawai warak ngendog bukanlah penanda dimulainya puasa, lo.
Makna warak ngendog
Konon, warak ngendog melambangkan manusia baik, atau manusia yang berperilaku baik kepada sesamanya, dan dengan diadakannya pawai warak ngendog serta pasar malam jelang Ramadhan ini, diharapkan masyarakat Semarang dapat terus bekerja sama tanpa memandang etnis dan sebagainya, demi kemajuan kota mereka.
Diminati wisatawan
Selain penduduk Semarang, biasanya karnaval ini juga diminati oleh wisatawan dari luar kota Semarang. Nah, teman-teman penasaran ingin menyaksikannya langsung ? Hihi.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR