Teman-teman pernah melihat nasi kepal dengan lapisan nori atau rumput laut? Makanan khas Jepang ini merupakan makanan unik yang bisa dimakan dengan cepat dan ternyata sudah ada sejak lama.
Nasi kepal yang sudah ada sejak lama
Secara sederhana, onigiri adalah nasi kepal berbentuk bulat atau segitiga. Dulunya, onigiri merupakan makanan kegemaran kaum wanita di istana kaisar Jepang dan dikenal juga sebagai omusubi.
Konon, menurut catatan sejarah, makanan seperti onigiri sudah ada sejak abad ke-11, yaitu panganan sejenis nasi berbentuk bola/bulat. Makanan ini digunakan sebagai menu makan siang saat piknik, karena lebih praktis tetapi tetap mengenyangkan.
Kemudian, pada tahun 1980-an sekelompok peneliti menggali artefak di Ishikawa, dan menemukan benda seperti gumpalan nasi dari peninggalan masa lalu. Makanan serupa onigiri juga ditemukan di beberapa daerah lainnya di Jepang. Hal ini membuktikan bahwa onigiri memang sudah dikonsumsi sejak dahulu kala, teman-teman.
Cara membuat onigiri
Biasanya, onigiri terbuat dari nasi yang berasal dari beras Jepang yang sedikit berbeda dibanding beras-beras pada umumnya. Beras Jepang ini lebih lengket satu sama lain ketika sudah menjadi nasi sehingga lebih mudah dibentuk, teman-teman.
Selain itu, sebelum seseorang membuat onigiri, tangannya harus dibasahi air agar nasi tidak lengket di tangan. Onigiri juga dibentuk dengan campuran garam dapur, kemudian dilapisi dengan nori atau rumput laut. Tujuannya, agar kepalan nasi tidak berantakan dan menempel ke tangan saat dimakan.
Biasa digunakan untuk bekal
Biasanya onigiri terdiri dari berbagai macam isian, mulai dari ikan salmon hingga onigiri yang dipanggang. Masyarakat Jepang biasa menggunakan onigiri untuk bekal, baik untuk makan siang yang cepat dan praktis, maupun sebagai bekal saat piknik.
Di negeri sakura tersebut, onigiri banyak dijual di minimarket 24 jam, sehingga bisa didapati di banyak tempat. Onigiri juga dapat dijumpai di beberapa negara Asia selain Jepang, misalnya Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, bahkan kini di Indonesia.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR