Jika teman-teman berkunjung ke tempat umum, biasanya ada mesin penjual minuman otomatis, bahkan ada juga mesin yang menjual minuman sekaligus makanan ringan. Di berbagai negara, mesin ini dikembangkan lebih canggih. Tetapi, bagaimana ya sejarahnya?
Sejarah mesin penjual otomatis: dulunya hanya menjual perangko dan kartu pos
Umumnya sebuah vending machine atau mesin penjual otomatis menggunakan uang koin untuk bertransaksi. Ada lubang untuk memasukkan sejumlah koin dan membeli barang yang kita inginkan. Tetapi sekarang vending machine juga menerima uang dalam bentuk kertas.
Mesin penjual otomatis ini diciptakan oleh seorang asal Alexandria bernama Heron, dan baru dipopulerkan seorang asal Inggris bernama Simeon Denham. Awalnya, vending machine hanya digunakan untuk menjual kartu pos beserta perangkonya. Kemudian di Eropa orang mulai mengembangkan vending machine untuk menjual buku, koran, atau majalah.
Masuk ke beberapa negara lain, termasuk Indonesia
Kemudian, vending machine mulai berkembang ke beberapa negara lainnya. Di antaranya adalah Amerika dan Jepang. Negara-negara inilah yang kemudian terus mengembangkan vending machine untuk menjual aneka barang-barang unik lain seperti permen, roti isi, kebutuhan rumah tangga, es, atau sandwich, dan lain sebagainya.
Mesin berbentuk kotak ini baru muncul pertama kali di Indonesia menjelang akhir 1990-an, tepatnya sekitar tahun 1996, meski sebenarnya vending machine sudah sangat terkenal di kalangan bangsa Eropa sejak beberapa ratus tahun sebelumnya.
Vending machine yang menjual gawai
Kini, karena zaman semakin maju, ada juga mesin penjual otomatis yang menjual gawai, lo, teman-teman. Mesin kotak itu benar-benar berisi aneka jenis gawai yang bisa dibeli, bahkan ada semacam poin tertentu yang bisa ditukarkan di mesin untuk mendapatkan hadiah-hadiah kejutan yang menarik.
Menurut teman-teman, benda apalagi yang bisa dijual di sebuah vending machine?
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR