Apakah kamu suka makanan asam? Di bawah ini ada tiga makanan terasam di dunia. Apakah kamu berani mencobanya?
Umeboshi adalah buah yang berasal dari Jepang. Bentuknya bulat dan teksturnya bermacam-macam. Ada yang permukaannya halus atau berkeriput. Buah ini juga dikenal dengan nama japanese salt plums atau pickled plums. Daerah penghasil umeboshi terbanyak di Jepang adalah Wakayama.
Umeboshi terkenal sebagai salah makanan paling asam di dunia. Buah ini memiliki tingkat citric acid atau asam sitrat yang tinggi. Buah super asam ini biasanya dikeringkan dan dimakan bersama nasi. Umeboshi juga bisa dimasukan ke dalam onigiri atau nasi kepal khas Jepang. Oleh karena keasamannya, pada 1960, umeboshi berhasil menembus kotak makan aluminium lo.
Kumquat juga adalah buah yang bentuk dan warnya mirip dengan jeruk. Bedanya, ukuran kumquat lebih kecil dari jeruk dan bentuknya oval. Kumquat hampir sama ukurannya dengan buah zaitun. Jenis kumquat yang sering digunakan untuk makanan adalah round kumquat yang biasa disebut marumi kumquat atau morgani kumquat.
Kulit buah ini rasanya manis. Tapi bagian tengahnya bisa terasa sangat asam. Kumquat biasanya dioleh menjadi selai atau jelly. Di Tiongkok dan beberapa negara Asia lainnya, buah ini menjadi simbol keberuntungan. Biasanya, kumquat diberikan sebagai hadiah saat Imlek atau Tahun Baru Cina.
Kalau makanan yang satu ini bukan buah. Sauerkraut adalah makanan dariJerman yang terbuat dari kubis. Kubis tersebut diiris-iris halus dan difermentasikan oleh bakteri, seperti Leuconostoc, Pediococcus, dan Lactobacillus. Rasa asam sauerkraut berasal dari bakteri yang terbentuk saat sayur dan gula berfermentasi.
Konon, makanan ini sudah ada sejak zaman prasejarah lo. Tapi sauerkraut baru diperkenalkan oleh Gaius Plinius pada abad pertama Masehi. Cara pembuatannya dari 1550 hingga sekarang masih tetap sama. Walaupun rasanya asam, sauerkraut bermanfaat lo. Pada 1776, sauerkraut terbukti bisa mencegah skrobut. Skorbut adalah penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin C. Penyakit ini biasanya menyerang para pelaut yang berlayar dalam waktu lama.
Penulis | : | Aisha Safira |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR