Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang cukup banyak dikonsumsi dan dimasak dengan berbagai cara. Tetapi, bagaimana ya sebenarnya sejarah tempe di Indonesia? Yuk, simak berikut ini!
Makanan hasil fermentasi
Tempe merupakan makanan fermentasi, teman-teman. Panganan gurih ini terbuat dari fermentasi biji kedelai dengan campuran beberapa bahan yang disebut dikenal sebagai ragi tempe.
Biasanya tempe berwarna putih dan bahannya tampak lebih padat, serta memiliki rasa yang khas dan berbeda dari beberapa makanan tradisional lain.
Digunakan sebagai pengganti daging
Tempe mulanya hanya banyak dikonsumsi masyarakt Indonesia, tetapi sekarang juga dikonsumsi orang-orang dari seluruh dunia. Sebab, tempe bisa menjadi panganan pengganti daging bagi mereka yang vegetarian (bukan pemakan daging).
Beberapa negara barat juga mengonsumsi tempe, misalnya Amerika Serikat, bahkan hingga ke Jerman. Para peneliti di sana pun masih terus berusaha mengembangkan tempe dengan kualitas yang lebih baik, teman-teman.
Konon, tempe mulai dibuat di Jawa pada abad ke-16. Tepatnya, yang membuat tempe adalah masyarakat Jawa Tengah. Dulunya, tempe merupakan makanan yang terbuat dari sagu, berwarna putih, dinamakan tumpi.
Ada pula cerita lain yang mengatakan bahwa tempe pernah menjadi makanan yang dibuat di era Tanam Paksa pada zaman penjajahan Belanda, bahkan namanya diabadikan dalam kamus Belanda, teman-teman.
Sebab pada zaman itu, masyarakat hanya menggunakan hasil pertanian untuk menciptakan makanan mereka, salah satunya adalah kedelai. Kemudian tempe mulai diperkenalkan di beberapa daerah di Indonesia dan akhirnya menjadi makanan tradisional khas negara kita. Hihi.
Nah, teman-teman lebih suka tempe yang dimasak dengan cara apa, nih?