Siapa yang Pertama Kali Menemukan Golongan Darah Manusia?

By Petronela Putri, Rabu, 16 Agustus 2017 | 09:15 WIB
Foto: pinterest.com (Petronela Putri)

Darah manusia sama-sama berwarna merah. Tetapi, apakah teman-teman pernah penasaran mengapa ada banyak golongan darah yang berbeda-beda? Bagaimana, sih, sejarahnya golongan darah manusia?

Manusia Memiliki Golongan Darah Berbeda

Yap! Darah yang mengalir dalam tubuh kita boleh sama-sama berwarna merah, tetapi ternyata darah-darah tersebut memiliki golongan yang berbeda-beda, lo! Mungkin Teman-teman juga pernah mendengar bahwa ada orang yang memiliki golongan darah A, B, O, dan sebagainya.

Mulanya, manusia mengira bahwa darah mereka sama saja. Hingga ketika manusia mengenal teknologi tentang transfusi atau pemindahan darah, mereka sadar bahwa darah dalam tubuh seseorang bisa berbeda-beda.

Transfusi Darah

Umumnya, transfusi dilakukan jika seseorang sedang sakit, kemudian membutuhkan darah tambahan. Seseorang yang lain bisa menyumbangkan darah bagi sesamanya melalui transfusi. Nah, ketika awal mula transfusi dilakukan, banyak pasien yang tidak bisa diselamatkan! Setelah diselidiki, ternyata golongan darah pasien-pasien tersebut tidak cocok dengan darah yang disumbangkan.

Apa yang membuat darah manusia bisa berbeda golongan? Ternyata, di dalam sel darah manusia ada sebuah tanda bernama antigen yang bisa dikenali oleh kekebalan tubuh. Jika ada zat asing, maka kekebalan tubuh akan melawan. Begitu pula jika ada golongan darah lain yang masuk ke dalam tubuh dan tidak sesuai dengan golongan darah kita.

Golongan Darah Manusia

Lalu, siapa ya, yang pertama kali menemukan golongan darah dalam tubuh manusia? Beliau adalah Karl Leindsteiner yang berprofesi sebagai seorang peneliti, Teman-teman. Golongan darah manusia kemudian dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu A, B, AB, O, bahkan masih harus dibagi berdasarkan rhesus (+) dan rhesus (-).

Karena itulah transfusi darah tidak bisa dilakukan sembarangan, Teman-teman. Sebab, tubuh orang bergolongan darah B tidak bisa menerima darah A. Ketika darah A tetap dimasukkan ke dalam tubuh, maka tubuh akan menolak dan kekebalan tubuh akan menganggapnya sebagai zat asing yang berbahaya.