Di Amerika Serikat, tiba-tiba muncul pulau baru, tepatnya di North Carolina. Kabarnya, pulau baru ini berbahaya lo. Mengapa bisa berbahaya ya?
Di North Carolina, Amerika Serikat, tiba-tiba saja muncul pulau baru dari laut. Pulau ini tepatnya berada di lepas pantai Buxton, North Carolina. Wilayah ini merupakan bagian dari Cape Hatteras National Seashore. Pulau ini mempunyai panjang sekitar 1,6 km dan lebar 146 meter.
Salah satu orang pertama yang mendatangi pulau ini adalah Janet Regan. Ia mengajak anaknya ke sana untuk mengumpulkan kerang. Anak laki-laki Bu Regan pun menamai pulau ini Shelly Island. Sebabnya, di pulau ini banyak sekali kerang.
Dekat tapi berbahaya
Walaupun pulau ini dekat dengan pantai, ternyata pulau ini berbahaya. Ketua North Carolina Beach Buggy Association, Bill Smith, menjelaskan hal ini. Pihak Cape Hatteras National Seashore memperingatkan siapa pun untuk tidak pergi ke pulau ini. Mengapa pulau ini dianggap berbahaya?
Pulau ini dekat dengan lokasi penangkapan ikan yang populer. Jadi, kait pancing yang sudah ada bertahun-tahun dapat bersembunyi di bawah pasir. Selain itu, ada banyak hiu dan pari yang berkeliaran tepat di bawah permukaan air tersebut. Alasan lainnya adalah adanya jalur air setinggi 15 meter antara pulau dan daratan. Jalur air tersebut akan menciptakan arus yang kuat.
Menurut Cape Hatteras National Seashore, garis pantai di dekat pulau ini pun masih selalu berubah. Titik yang disebut Cape Point ini letaknya kadang berubah. Arus dan badai juga masih membentuk gundukan pasir yang semakin lama semakin besar. Pulau ini juga bisa tenggelam akibat ombak dalam satu atau dua tahun ke depan.
Bisakah tetap dikunjungi?
Meskipun berbahaya, pulau ini tetap bisa dikunjungi. Namun orang yang ingin berkunjung ke pulau ini disarankan sudah berpengalaman dalam mengayuh perahu. Menurut Inspektur Seashore National David Hallac. Orang yang berpengalaman memakai perahu dapat memperhitungkan ombak dan arus yang kuat di daerah tersebut.
Wah, sebaiknya kita mematuhi saran Inspektur ya...
Penulis | : | Aisha Safira |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR