Tiap daerah memiliki jajanan khasnya sendiri, tak terkecuali Sumatera Barat. Salah satu jajanan yang legendaris dan khas di Sumatera Barat adalah karupuak kuah sate, atau dikenal juga sebagai karupuak mie, atau karupuak leak!
Asal mula nama karupuak leak
Tidak ada yang bisa memastikan panganan ini memiliki nama karupuak leak, karupuak mie, atau karupuak kuah sate. Ada banyak nama dalam banyak versi, sebab jajanan berupa kerupuk yang disiram kuah sate kemudian diberi mie pada bagian atasnya ini memang tersebar di berbagai daerah di Minangkabau, dan juga di banyak kota lain.
Rasanya renyah dan gurih, tetapi kelamaan kerupuk akan lembek karena kuah sate yang disiramkan ke atasnya. Konon, dinamakan karupuak leak karena ketika memakannya, kemungkinan besar seseorang akan menjadi berantakan atau ketumpahan kuah sate. Tumpah dalam bahasa Minang disebut juga baleak.
Jajanan masa kecil, hingga panganan di saat Ramadan
Karupuak leak merupakan salah satu jajanan masa kecil yang sangat legendaris di kalangan anak-anak Minangkabau. Biasanya, kerupuk unik ini banyak dijajakan di depan sekolah SD. Dan lagi, pada zaman dulu tidak banyak yang menjualnya selain di halaman depan sekolah.
Kini, karupuak leak juga banyak dijual di objek wisata, meski harganya tentu sedikit lebih mahal daripada yang seharusnya. Di samping itu, warung-warung Minang yang tersebar di berbagai kota besar lain –termasuk Jakarta, juga menjajakan kerupuk ini, lo, teman-teman!
Jadi, teman-teman memang tidak perlu jauh-jauh ke Sumatera Barat langsung untuk mencobanya. Hihi.
Harga yang murah dan terjangkau
Karupuak leak atau karupuak mie kuah sate merupakan jajanan yang cukup digemari sebab selain enak, harganya juga murah dan terjangkau. Sebuah kerupuk biasanya dihargai Rp 2.000,- sedangkan jika teman-teman membelinya di objek wisata maka harganya bisa menjadi Rp 3.000,- bahkan mencapai Rp 5.000,-.
Harga yang sama juga berlaku bila karupuak leak dijual di rantau (sebutan masyarakat Minang untuk daerah di luar Sumatera Barat). Nah, teman-teman tertarik mencoba kerupuk ini?
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR